Asuhan keperawatan pneumonia
Oleh :
Ainurmalinda (717.6.2.0874)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernafasan (Pneumonia)” ini.
Makalah ilmiah ini telah kami susun secara maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaikinya dalam penulisan makalah selanjutnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernafasan (Pneumonia)” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Sumenep, 05 September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dunia kesehatan yang modern saat ini, banyak sekali di temukan agen infeksius baru yang menyerang tubuh manusia dan menghasilkan penyakit baru. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, dan bahkan orang tua pun juga bisa diserang berbagai penyakit baru, jika sistem imun didalam tubuhnya tidak kuat untuk melawan. Salah satu penyakit yang sedang marak terjadi yaitu penyakit pada paru-paru, seperti TB dan Pneumonia.
Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering mengganggu pertukaran gas. Bronkopneumonia melibatkan jalan nafas distal dan alveoli, pneumonia lobular melibatkan bagian dari lobus, dan pneumonia lobus melibatkan seluruh lobus. Komplikasi meliputi hipoksemia, gagal respiratorik, efusi pleura,empiema, abses paru dan bakteremia disertai penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain yang menyebabkan meningitis, endokarditis dan perikarditis. Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah yang serius karena merupakan penyebab kematian terbesar terutama di negara berkembang, selain itu di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Negara- negara Eropa juga banyak kasus yang terjadi (Setyoningrum, 2006).
Dari data Southeast Asia Medical Information Center (SEAMIC) Health Statistic 2001 pneumonia merupakan penyebab kematian nomer 6 di Indonesia, nomer 9 di Brunei, nomer 7 di Malaysia, nomer 3 di Singapura, nomer 6 di Thailand, dan nomer 3 di Vietnam. Insidensi pneumonia komunitas di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Di Amerika dengan cara invasive pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris (Anonim, 2003).
Indonesia merupakan Negara dengan tingkat kejadian pneumonia tertinggi keenam di seluruh dunia menurut laporan UNICEF dan WHO pada tahun 2006. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), pada tahun 1992, 1995 dan 2001 didapatkan pneumonia sebagai urutan terbesar penyebab kematian pada balita. Hasil ini juga sesuai dengan survey mortalitas terhadap seluruh provinsi di Indonesia yang dilakukan Subdit ISPA Departemen Kesehatan Republik Indonesia Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang mencatat pneumonia sebagai salah satu penyebab kematian terbanyak yaitu 15,5%.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis berinisiatif untuk membuat suatu karya ilmiah yang memuat informasi tentang penyakit pneumonia ini. Karena masalah pneumonia ini perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang tepat terutama pada efektivitas terapi penyakit pneumonia ini dikarenakan kejadian yang cukup tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan penyakit pneumonia?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit pneumonia di dalam tubuh?
3. Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien yang menderita penyakit pneumonia?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit pneumonia.
2. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya penyakit pneumonia.
3. Untuk mengetahui asuha keperawatan untuk pasien penderita penyakit pneumonia.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pneumonia
Pneumonia adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian bawah yang mengenai parenkim paru (Mansjoer dkk., 2000). Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang dapat terjadi pada semua umur. Pneumonia juga merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan gejala demam, batuk, sesak napas, adanya ronki basah kasar, dan gambaran infiltrate pada foto polos dada (Setyoningrum, 2006).
Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari cabang –cabang bronkus, parenkim paru, dan pleura. Infeksi bakteri atau jamur atau virus yang menyerang parenkim paru dapat menimbulkan infeksi sekunder pada saluran pernapasan bagian bawah dimana seluruh persediaan darah harus melewati pembuluh darah kapiler paru sehingga infeksi bakterti atau jamur atau virus dapat ikut bersama aliran darah (Shulman dkk., 1994).
Pada alkoholik akut atau kronis atau yang menderita penyakit berat, infeksi tersebut mula –mula akan membentuk koloni pada saluran pernapasan bagian atas dan melalui sistem saraf sentral yang berpengaruh terhadap pengurangan refleks tersedak dan fungsi siliare trakeobronkus yang jelek, maka sistem pertahanan saluran pernapasan bagian bawah akan terganggu sehingga koloni infeksi tersebut dapat masuk ke saluran pernapasan bagian bawah dan terjadi pneumonia (Shulman dkk., 1994).
2.1.1 Etiologi Pneumonia
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorgansime baik virus maupun bakteri. Sebagian kecil dapat juga disebabkan oleh bahan kimia (Hidrokarbon, lipoid substance) ataupun benda asing yang teraspirasi (Setyoningrum, 2006). Sebagian besar pneumonia disebabkan karena infeksi virus yang kemudian mengalami komplikasi bakteri. Secara klinis pada anak sulit membedakan pneumonia bacterial dengan pneumonia viral. Demikian pula pemeriksaan radiologis dan laboratorium tidak menunjukkan perbedaan nyata (Tan, 2002). Beberapa kasus pneumonia juga mempunyai komplikasi seperti efusi pleura, abses paru, dan sepsis. Bakteri penyebabnya pun berbeda. Berikut bakteri penyebab pneumonia dengan komplikasi (Anonim, 2003) :
1. Efusi pleura = Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza, Streptococcus group A, Flora mulut, dan Staphylococcus aureus.
Efusi pleura adalah akumulasi cairan di dalam rongga pleura. Timbulnya efusi pleura didahului oleh keradangan pleura atau pleuritis. Efusi pleura cukup banyak dijumpai. Penyebab terbanyak adalah keradangan jaringan paru yang meluas ke pleura sekitarnya, misal bronkopneumonia, tuberculosis paru, dan sebagainya (Alsagaff, 2010).
2. Abses paru = Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza, Staphylococcus aureus,dan Flora mulut.
Abses paru adalah lesi paru berupa suprasi dan nekrosis jaringan. Bila terjadi aspirasi, kuman Klebsiela pneumonia sebagai kuman komensal di saluran atas ikut masuk ke saluran pernapasan bawah. Akibat aspirasi berulang, aspirat tidak dapat dikeluarkan dan pertahanan saluran napas menurunsehingga terjadi peradangan. Proses peradangan dimulai dari bronkus atau bronkiolus, menyebar ke parenkim paru yang kemudian dikelilingi jaringan granulasi. Perluasan pleura atau hubungan dengan bronkus sering terjadi sehingga pus atau jaringan nekrotik dapat dikeluarkan dan lama kelamaan menjadi prosesabses akut menahun (Alsagaff, 2010).
3. Sepsis = Streptococcus pneumonia dan Staphylococcus aureus.
Sepsis adalah suatu infeksi di dalam aliran darah. Sepsis merupakan akibat dari suatu infeksi bakteri di bagian tubuh manusia. Yang sering menjadi sumber terjadinya sepsis adalah infeksi ginjal, hati atau kandung empedu, usus, kulit (selulitis), dan paru–paru (pneumonia karena bakteri), gangguan sistem kekebalan. Gejala yang timbul antara lain demam, hiperventilasi, menggigil, kulit terasa hangat, takikardi, lingglung, penurunan produksi air kemih (Mahdiana, 2010).
Pneumonia juga dapat dibedakan berdasarkan klinis dan epidimiologis, antara lain (Anonim, 2005) :
1. Community Acquired Pneumonia (CAP)
Merupakan pneumonia yang didapat di luar rumah sakit atau didapat di lingkungan masyarakat. Pathogen umum yang sering menginfeksi adalah Streptococcus pneumonia, Haemopjyllus influenza, bakteri atipikal, virus influenza, Respiratory Synctial Virus (RSV). Pada anak-anak, selain pathogen pada pasien dewasa, pathogen yang sering ditemukan sedikit berbeda yaitu adanya kertelibatan Mycoplasma pneumonia, Chlamydia pneumonia.
2. Pneumonia Nosokomial atau Hospital acquired Pneumonia (HAP)
Merupakan pneumonia yang didapat selama pasien di rawat di rumah sakit yang perkembangannya lebih dari 48 jam setelah pasien memeriksakan diri ke rumah sakit. Patogen yang umum menginfeksi adalah bakteri nosokomial yang resisten terhadap antibiotika yang beredar di rumah sakit. Bakteri nosokomial yang biasanya adalah bakteri enterik golongan gram negative batang seperti Klebsiella sp, Escherichia coli, Proteus sp, Staphylococcus aureus khususnya yang resisten terhadap methicilin seringkali dijumpai pada pasien yang dirawat di ICU.
3. Pneumonia Aspirasi
Merupakan pneumonia yang diakibatkan aspirasi flora arofaring dan cairan lambung. Pneumonia aspirasi biasa didapat pada pasien dengan status mental yang buruk atau depresi, maupun pasien dengan gangguan refleks menelan. Patogen yang menginfeksi pada Community Acquired Aspiration Pneumoniae adalah kombinasi dari flora mulut dan flora saluran napas atas, yaitu Streptococci anaerob. Sedangkan pada Nosocomial Aspiration Pneumoniae, bakteri yang sering ditemukan adalah campuran antar Gram negative batang, Staphylococcus aureus, dan anaerob.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang penyebab dan type dari pneumonia, lihatlah tabel berikut ini !
GROUP | PENYEBAB | TYPE PNEUMONIA |
Bacteri Aktinomyctes Fungi Riketsia Klamidia Mikoplasma Virus Protozoa | Streptococcos pneumonia Streptococcus piogenes Stafilococcus aureus Klebsiella pneumonia Eserikia koli Yersinia pestis Legionnaires bacillus A. Israeli Nokardia asteroids Kokidioides imitis Histoplasma kapsulatum Blastomises dermatitidis Aspergillus Fikomisetes Koksiella Burnetty Chlamidia psittaci Mikoplasma pneumonia Infulensa virus, adenovirus respiratory syncytial Pneumosistis karini | Pneumonia bacteri Legionnaires disease Aktinomikosis pulmonal Nokardiosis pulmonal Kokidioidomikosis Histoplasmosis Blastomikosis Aspergilosis Mukormikosis Q Fever Psitakosis,Ornitosis Pneumonia mikoplasmal Pneumonia virus Pneumonia pneumistis (pneumonia plasma sel) |
2.1.2 Patofisiologi
Dalam keadaan normal, saluran pernapasan bagian bawah mulai dari faring sampai alveoli selalu dalam keadaan steril. Ada beberapa mekanisme pertahanan paru yaitu filtrasi partikel di hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, refleks batuk, sistem pembersihan oleh lapisan mukosiliar, dan respon imun. Apabila mekanisme pertahanan paru ini terganggu maka partikel asing atau organisme dapat masuk atau menginfeksi saluran pernapasan bagian atas hingga bawah dan kemungkinan besar terjadi pneumonia (Setyoningrum, 2006). Gambaran patologis dalam batas-batas tertentu, tergantung pada penyebabnya. Di antaranya yaitu :
1. Pneumonia bakteri
Ditandai oleh eksudat intra alveolar supuratif disertai konsolidasi. Proses infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi. Terdapat konsolidasi dari seluruh lobus pada pneumonia lobaris, sedangkan pneumonia lobularis atau broncopneumonia menunjukkan penyebaran daerah infeksi yang berbecak dengan diameter sekitar 3-4 cm, mengelilingi dan mengenai broncus.
2. Pneumonia Pneumokokus
Pneumokokus mencapai alveolus-alveolus dalam bentuk percikan mucus atau saliva. Lobus paru bawah paling sering terserang, karena pengaruh gaya tarik bumi. Bila sudah mencapai dan menetap di alveolus, maka pneumokokus menimbulkan patologis yang khas yang terdiri dari 4 stadium yang berurutan :
a. Kongesti (4-12 jam pertama) eksudat serusa masuk dalam alveolus-alveolus dari pembuluh darah yang bocor dan dilatasi.
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya), paru-paru tampak merah dan tampak bergranula karena sel darah merah, fibrin, dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveolus-alveolus.
c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) paru-paru tampak abu-abu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang.
d. Resolusi (7-11 hari) eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh mikrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.
Timbulnya pneumonia pneumokokus merupakan suatu kejadian yang tiba-tiba, disertai menggigil, demam, rasa sakit pleuritik, batuk dan sputum yang berwarna seperti karat.
3. Pneumonia Stafilokokus
Mempunyai prognosis jelek walaupun diobati dengan antibiotika. Pneumonia ini menimbulkan kerusakan parenkim paru-paru yang berat dan sering timbul komplikasi seperti abses paru-paru dan empiema. Merupakan infeksi sekunder yang sering menyerang pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lemah dan paling sering menyebabkan broncopneumonia.
4. Pneumonia Klebsiella / Friedlander
Penderita ini berhasil mempertahankan hidupnya, akhirnya menderita pneumonia kronik disertai obstruksi progresif paru-paru yang akhirnya menimbulkan kelumpuhan pernafasannya. Jenis ini yang khas yaitu, pembentukan sputum kental seperti selai kismis merah (red currant jelly). Kebanyakan terjadi pada lelaki usia pertengahan atau tua, pecandu alcohol kronik atau yang menderita penyakit kronik lainnya.
5. Pneumonia pseudomonas
Sering ditemukan pada orang yang sakit parah yang dirawat di rumah sakit atau yang menderita supresi system pertahanan tubuh (misalnya mereka yang menderita leukemia atau transplantasi ginjal yang menerima obat imunosupresif dosis tinggi). Seringkali disebabkan karena terkontaminasi peralatan ventilasi.
6. Pneumonia Virus
Ditandai dengan peradangan interstisial disertai penimbunan infiltrat dalam dinding alveolus meskipun rongga alveolar sendiri bebas dari eksudat dan tidak ada konsolidasi. Pneumonia virus 50 % dari semua pneumonia akut ditandai oleh gejala sakit kepala, demam dan rasa sakit pada otot-otot yang menyeluruh, rasa lelah sekali dan batuk kering. Kebanyakan pneumonia ini ringan dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak mengakibatkan kerusakan paru-paru yang permanen. Pengobatan pneumonia virus bersifat sympomatik dan paliatif, karena antibiotik tidak efektif terhadap virus.
7. Pneumonia Mikoplasma
Serupa dengan pneumonia virus influenza, disertai adanya pneumonitis interstitial. Sangat mudah menular tidak seperti pneumonia virus, dapat memberikan respon terhadap tetrasiklin atau eritromisin.
8. Pneumonia Aspirasi
Merupakan pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi isi lambung. Pneumonia yang diakibatkan sebagian bersifat kimia, seperti reaksi terhadap asam lambung, dan sebagian bersifat bacterial, seperti organisme yang mendiami mulut atau lambung. Aspirasi paling sering terjadi selama atau sesudah anestesi (terutama pada pasien obstretik dan pembedahan darurat karena kurang persiapan pembedahan), pada anak-anak dan pada setiap pasien yang disertai penekanan reflek batuk atau reflek muntah. Inhalasi isi lambung dalam jumlah yang cukup banyak dapat menimbulkan kematian yang tiba-tiba, karena adanya obstruksi, sedangkan aspirasi isi lambung dalam jumlah yang sedikit dapat mengakibatkan oedema paru-paru yang menyebar luas dan kegagalan pernafasan. Aspirasi pneumonia selalu terjadi apabila pH dan zat yang diaspirasi 2,5 atau kurang. Aspirasi pneumonia sering menimbulkan kompliokasi abses, bronchiectase, dan gangrean. Muntah bukan sarat masuknya isi lambung kedalam cabang tracheobronchial, karena regurgitasi dapat juga terjadi secara diam-diam pada pasien yang diberi anestesi. Paling penting pasien harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar secret orofarengeal dapat keluar dari mulut.
9. Pneumonia Hypostatik
Pneumonia yang sering timbul pada dasar paru yang disebabkan oleh nafas yang dangkal dan terus menerus dalam posisi yang sama. Daya tarik bumi menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru dan infeksi membantu timbulnya pneumonia yang sesungguhnya.
10. Pneumonia Jamur
Pneumonia jamur sering menimbulkan komplikasi pada stadium terakhir penyakit tersebut, terutama pada penyakit yang sangat berat, misalnya Ca atau leukemia. Candida alicans adalah sejenis ragi yang sering ditemukan pada sputum orang yang sehat dan dapat menyerang jaringan paru. Penggunaan antibiotik yang lama juga dapat mengubah flora normal tubuh dan memungkinkan infasi candida. Amfotinsin B merupakan obat terpilih untuk infeksi jamur pada paru.
2.1.3 Penatalaksanaan
Menurut Meldawati (2009), Penatalaksaan untuk pneumonia tergantung pada penyebab sesuai dengan yang ditemukan oleh pemeriksaan sputum Pengobatan dan mencakup, antara lain:
1. Antibiotik, terutama untuk pneumonia bakterialis pneumonia lain juga dapat diobati dengan antibiotic untuk mengurangi resiko infeksi bakteri sekunder.
2. Istrahat.
3. Hidrasi untuk membantu melancarkan sekresi.
4. Tekhnik-tekhnik bernafas dalam untuk menningktakan ventilasi alveolus dan mengurang resiko atelektasis.
5. Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikroorganisme yang diidentifikasi dari biakan sputum.
Sedangkan penatalaksanaan untuk penyakit pneumonia menurut Arief Mansjoer (2001), sebagai berikut:
1. Oksigen 1-2 L / menit.
2. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpormukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa dan elektrolit.
6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia komuniti base:
a. Ampicilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian.
b. Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base :
a. Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.
b. Amikasim 10 - 15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.
2.1.4 Web Of Causation (WOC)
2.1.5 Gambaran Klinis
Berdasarkan pedoman diagnosis dan penatalaksanaan pneumonia komunitas yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) pada tahun 2003, gambaran klinis dari pneumonia dapat dilihat dari :
1. Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40°C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.
2. Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan (Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174):
a. Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan "air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia, sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
b. Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
c. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); (dapat juga menyatakan abses), luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
d. GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
e. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia semtara
f. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
g. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella, aglutinin dingin, membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
h. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia).
i. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah.
j. Bilirubin : Mungkin meningkat.
k. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa(rubela))
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan (ASKEP)
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala, dan kelemahan.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa dingin.
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asma, alergi terhadap makanan, debu, TB, dan riwayat merokok.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti : TB, Asthma, ISPA dan lain-lain.
f. Data dasar pengkajian pasien
a) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b) Sirkulasi
Gejala : GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat.
Gejala : GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat.
c) Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat DM
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat DM
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.
d) Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen).
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen).
e) Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia, nyeri dada substernal (influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia, nyeri dada substernal (influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
f) Pernafasan
Gejala : takipnea (sesak nafas), dispnea, dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Gejala : takipnea (sesak nafas), dispnea, dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda :
ͽ Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.
ͽ Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.
ͽ Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi.
ͽ Gesekan friksi pleural.
ͽ Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas bronkial.
ͽ Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.
g) Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misalnya AIDS, penggunaan steroid, kemoterapi, institusionalitasi, ketidak mampuan umum, demam. Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola, atau varisela.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Kebersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen darah.
c. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
d. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Lengkap
1. Biodata / Data Biografi
Identitas Klien:
Nama : Nn. E No Register : 08.110.900
Umur : 19 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan : -
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Alamat : Jl.Cimanuk
Tanggal masuk RS : 25 Mei 2012
Tanggal Pengkajian : 26 Mei 2012
Catatan kedatangan : Kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar ( √ )
Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi:
Nama/Umur : Ny.N / 29 No Telepon : (0736)23145
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl.Cimanuk
Sumber Informasi : Pasien dan keluarga
2. Riwayat Kesehatan/keperawatan
1) Keluhan utama/alasan masuk RS
Nn E (19 th) datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 25 Mei 2012, jam 10.20 wib dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) :
a. Faktor pencetus: Orang tua anak mengatakan sesak napas didahului oleh batuk pilek seminggu sebelum masuk RS.
b. Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Orang tua anak mengatakan sesak napas sejak 6 hari sebelum masuk RS.
c. Sifat keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan, sesak napas terus menerus dan bertambah dengan aktivitas.
d. Berat ringannya keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas cenderung bertambah sejak 2 hari sebelum masuk RS.
e. Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Orang tua anak mengatakan upaya untuk mengatasi sesak adalah dengan istirahat dan minum obat batuk.
f. Keluhan lain saat pengkajian : Orang tua anak juga mengatakan batuk dengan dahak yang kental dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di tenggorokkan. Orang tua anak mengatakan kesulitan bernapas. Orang tua anak mengutarakan kondisi badan anaknya terasa lemah dan ujung - ujung jarinya terasa dingin.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD) :
Orang tua anak mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dan lain-lain.
4) Riwayat kesehatan keluarga (RKK) :
Orang tua anak mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit sesak napas seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan dan penyakit menular lainnya seperti penyakit jantung, hipertensi, asma, TB, dan lain-lain.
3. Pola Fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Persepsi terhadap penyakit
Orang tua pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya.
b. Penggunaan
Alergi (obat-obatan, makanan, plester, dll): pasien tidak ada alergi.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
a. Diet/suplemen khusus: tidak ada
b. Intruksi diet sebelumnya: -
c. Nafsu makan (nomal, meningkat, menurun): menurun.
d. Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien mual-mual.
e. Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : BB pasien menurun sebanyak 4 kg (65 kg menjadi 61).
f. Kesulitan menelan (disfagia): tidak ada.
g. Gigi (lengkap/tidak, gigi palsu): lengkap
h. Riwayat masalah kulit/penyembuhan (ruam,kering,keringat berlebihan, penyembuhan abnormal: tidak ada
i. Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada.
j. Frekuensi makan: Normal (3X sehari).
k. Jenis makanan : KH, protein, lemak.
l. Pantangan/alergi : tidak ada
3) Pola Eliminasi
Buang air besar (BAB) :
Frekuensi : 1x 2 hari Waktu : Pagi
Warna : Kuning Konsistensi : Lembek
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak ada
Buang air kecil (BAK) :
Frekuensi : 2X sehari Warna : pagi dan sore hari
Kesulitan (disuria, nokturia, hematuria, retensi inkontinensia):
Tidak ada
Alat bantu (kateter intermitten, indwelling, kateter eksternal): tidak ada
Lain-lain.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan dari:
0 ═ Mandiri 3 ═ Dibantu orang lain dan peralatan
1 ═ Dengan alat bantu 4 ═ ketergantungan/tidak mampu
2 ═ Dibantu orang lain
Kegiatan/aktivitas | 0 | 1 | 2 | 3 | 4 |
Makan/minum | √ | ||||
Mandi | √ | ||||
Berpakaian/berdandan | √ | ||||
Toileting | √ | ||||
Mobilisasi di tempat tidur | √ | ||||
Berpindah | √ | ||||
Berjalan | √ | ||||
Menaiki tangga | √ | ||||
Berbelanja | √ | ||||
Memasak | √ | ||||
Pemeliharaan rumah | √ |
a. Alat bantu (kruk,pispot, tongkat, kursi roda): Pispot.
b. Kemampuan ROM : Tidak ada keterbatasan rentang gerak.
c. Keluhan saat beraktivitas : Nyeri dada dirasakan ketika pasien melakukan aktivitas seperti : berjalan, berlari dan melakukan pekerjaan berat.
d. Lain-lain : -
5) Pola istirahat dan tidur
a. Lama tidur : 7 jam/malam Tidur siang: 2 Tidur sore: -
b. Waktu : 21.00 WIB.
c. Kebiasaan menjelang tidur : -
d. Masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruk): Insomnia.
e. Lain-lain (merasa segar/tidak setelah bangun) : merasa segar
6) Pola Kognitif Dan Persepsi
a. Status mental (sadar/tidak, orientasi baik/tidak) : orientasi baik.
b. Bicara : Normal (√), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspresif ( ).
c. Kemampuan berkomunikasi : Ya ( √ ), tidak ( ).
d. Kemampuan memahami : Ya ( √ ), tidak ( ).
e. Pendengaran : DBN ( √ ), tuli ( ), kanan/kiri, tinnitus ( ), alat bantu dengar ( ).
f. Penglihatan (DBN, buta, katarak, kacamata, lensa kontak, dll) : DBN.
g. Vertigo : Ada.
h. Ketidak nyamanan/nyeri (akut/kronik) : Pasien mengalami nyeri akut pada daerah dada.
i. Penatalaksanaan nyeri : Pasien beristirahat untuk mengurangi nyeri.
j. Lain-lain : -
7) Persepsei Diri Dan Konsep Diri
a. Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : Pasien merasa tidak nyaman.
b. Lain-lain : -
8) Pola Peran Hubungan
a. Pekerjaan : -
b. Sistem pendukung : pasangan (√ ), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga serumah (√), keluarga tinggal berjauhan ( ).
c. Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS : Tidak ada.
d. Kegiatan sosial : Sejak menderita penyakit pneumonia pasien jarang bergaul dengan teman sebaya nya.
e. Lain-lain :
9) Pola Seksual Dan Reproduksi
a. Masalah seksual b.d penyakit : -
10) Pola koping dan toleransi stress
a. Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (financial, perawatan diri) : Pasien tidak mengalami kesulitan mengeanai biaya perawatan rumah sakit.
b. Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu : tidak ada.
c. Hal yang dilakukan saat ada masalah (sumber koping) : pasien bersifat terbuka terhadap masalahnya.
d. Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : tidak ada.
e. Keadaan emosi dalam sehari-hari (santai/tegang) : tegang.
f. Lain-lain : -
11) Keyakinan agama dalam kehidupan
a. Agama : Pasien beragama Islam.
b. Pengaruh agama dalam kehidupan : Pasien beranggapan bahwa penyakit yang dideitanya adalah cobaan.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak gelisah.
BB : 61 kg (turun 4 kg dari 65 kg menjadi 61 kg )
TB : 170 cm
2) TTV :
TD : 130 / 90 mmHg
ND : 120 x / i
RR : 32 x / i
S : 39 ºC
3) Sistem integumen (kulit) : turgor kulit buruk (tidak elastis) dan pucat.
4) Kepala : Simestris dan rambut warna hitam, tidak ada ketombe, bersih.
5) Mata : DBN, konjungtiva tidak anemis dan ukuran pupil normal.
6) Telinga : DBN.
7) Kuku : Kuku pucat dan sedikit sinosis.
8) Hidung : Pernapasan cuping hidung.
9) Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat.
10) Thorak /paru.
11) Inspek : RR : 32x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (+), takipnea (+), dispnea (+), pernapasan dangkal, dan rektrasi dinding dada tidak ada.
12) Palpasi : fremitus menurun pada kedua paru.
13) Perkusi : redup.
14) Auskultrasi : bunyi napas bronkial, krekels (+), stridor (+).
15) Vaskular periper : akral dingin, capilarry repille kembali dalam 5 detik.
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Hasil foto rontgen : menunjukkan infiltrasien lobaris (sebagian lobus pada kedua paru).
2) AGD : menunjukkan alkalosis respiratorik (pH naik, PCO2 turun, HCO3 normal).
3) Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman Stapilococcus aureus dan Diplococcus pneumonia
4) Pemeriksaan darah rutin didapatkan :
Leokosit = 16.000/mm3.
Hb = 10,5 gr/dl.
Trombosit =265.000/mm3.
Hematokrit = 44%.
Albumin = 3,01 gr/dl.
Protein total = 5,86 gr/dl.
3.2 Analisis Data
Nama klien : Nn. E (19 th)
Ruang rawat : Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnosa medik : Pneumonia
No | Data | Etiologi | Masalah |
1. | DS: a. Klien mengatakan batuk berdahak dan sesak napas. b. Klien mengatakan batuk dengan dahak yang kental dan sulit untuk dikeluarkan. c. Klien mengatakan dahaknya terasa lengket di tengorokkan. d. Klien mengatakan kesulitan bernapas DO: a. Klien tampak kesulitan bernapas. b. TTV: TD: 130/90 mmHg. N : 12X/i. RR : 32x /i. c. Pernafasan Cuping Hidung. d. Takipnea (+). e. Dispnea (+). f. Pernafasan dangkal. g. Penggunaan otot bantu pernafasan (+). h. Perfusi paru redup. i. Premetus menurun pada kedua paru. j. Bunyi nafas bronkial, kreleks (+), stridor (+). k. Hasil Rontgen : menunjukkan infiltrasi lobaris. l. Pemeriksaan seputum : ditemukan kuman stapilococcus aureus dan diplococcus pneumonia | Inflamasi trakeo bronkial dan farenkim paru, pembentukkan edema dan peningkatan produksi sputum. | Bersihan jalan nafas tidak efektif |
2. | DS: a. Klien mengatakan nyeri dada. b. Klien mengatakan sakit kepala. c. Klien mengatakan sendi nyeri DO: a. Klien tampak gelisah. b. Klien tampak meringis kesakitan akibat nyeri. c. Klien tampak memegang di daerah dada dan melindungi daerah yang sakit. d. TTV: TD : 130/90 mmhg. N : 120x/i. RR : 32x /i. e. Akral dingin. f. Kuku pucat dan sedikit sianosis. g. Mukosa bibir kering dan pucat. h. Kapilary reffill kembali dalam 5 detik. i. Takipnea (+) | Inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan batuk menetap. | Nyeri |
3. | DS: a. Klien mengatakan batuk berdahak. b. Klien mengatakan dahaknya terasa lengket ditenggorokan. c. Klien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya mampu menghabiskan ½ porsi setiap kali makan (pagi,siang dan malam). d. Klien mengatakan mual. e. Klien mengatakan berat badan turun 4 Kg dari 65 Kg menjadi 61 Kg. f. Klien mengatakan lemah. DO: a. Klien tampak mengeluarkan sputum saat batuk. b. Klien tampak lemah. c. Klien tampak hanya mampu mengabiskan makanan ½ porsi setiap kali makan. d. Kulit klien tampak kering. e. Turgor kulit buruk. f. Mukosa bibir klien kering. g. Hb : 10 gr / dl. Protein total : 5,86 gr / dl. Albumin 3,00 gr / dl. BB : 61 kg. h. TTV: TTD : 130/90 mmhg. N : 120 x/i. RR : 32x /i. i. Akral dingin. j. Kuku pucat dan sedikit sianosis. k. Mukosa bibir kering dan pucat. l. Kapilary reffill kembali dalam 5 detik. m. Takipnea (+) | Anoreksia, akibat toksin bakteri, bau dan rasa sputum | Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan. |
3.1 Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan produksi sputum.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan batuk menetap.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin bakteri, bau dan rasa sputum.
3.2 Asuhan Keperwatan (Nurse Care Planing / NCP)
No | Diagnosa Keperawatan | Tujuan | Kriteria Hasil | Intervensi | Rasional |
1. | Kebersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan produksi sputum | Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan jalan nafas kembali efektif | a. Batuk efektif. b. Nafas normal. c. Bunyi nafas bersih. d. Sianosis. e. TTV : DBN : TD : 120-130/80-90 mmhg. N : 60-100 x/i. RR : 16-24 x/i | Mandiri : a. Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada. b. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis, krekels, mengi stridor. c. Bantu pasien latih napas sering. Tunjukan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, mis., menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi. d. Berikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali kontra indikasi). Tawarkan air hangat, daripada air dingin. Kolaborasi : a. Berikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodolator, analgesik. b. Berikan cairan tambahan misalnya : Intravena,oksigen humidifikasi, dan ruang humidifikasi. c. Awasi sinar X dada, GDA, nadi oksimetri. d. Bantu bronkostropi / toresentesis bila diindikasikan. | a. Takipnue pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidak nyamanan. Simetris yang sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/ atau cairan paru. b. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsilidasi. Krekel, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekpirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spesme jalan napas/obstruksi. c. Merangsang batuk atau pembersihan nafas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran. d. Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret. a. Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan. b. Cairan diperlukan untuk mengganti kehilangan dan memobilisasi sekret. c. Mengevaluasikan kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahkan pemilihan terapi yang diperlukan. d. Kadang-kadang diperlukan untuk membuang perlengketan mukosa. Mengeluarkan sekresi purulen, mencegah atelektasis. |
2. | Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan batuk menetap. | Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan batuk menetap. | a. Dispenea dan takipnea tidak ada. b. Kesulitan bernafas tidak ada. c. Akral hangat sianosis. d. Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik. e. Gelisah tidak ada. f. Penurunan kesadaran tidak ada. g. Pucat dan sianosis tidak ada h. TTV : DBN : TD : 120-130/80-90 mmhg. N : 60-100 x/i. RR : 16-24 x/i Hb : 14-18 gr/dl AGD : DBN : Ph : 7,35-7,45 PCO2 : 35-45 mmhg HCO3 : 22-28 mEq/L | Mandiri : a. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam, konstan, selidiki perubahan karakter / lokasi nyeri dan ditusuk. b. Pantau tanda vital. c. Berikan tindakan nyaman misalnya, pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi atau latihan napas. d. Tawarkan pembersihan mulut dengan sering. e. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk. Kolaborasi : a. Berikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi. | a. Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada peneumonia,juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan indokarditis. b. Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat. c. Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidak nyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik. d. Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidak nyamanan umum. e. Untuk menurunkan ketidak nyamanan dada sementara, meningkatkan keefektifan upaya batuk. a. Obat ini digunakan untuk menekan batuk non produktif atau proksismal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan atau istirahat umum. |
3. | Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin bakteri dan rasa sputum . | Setelah dilakuakn intervensi keperawatan selama 3 x 24 jan, diharapkan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi. | a. Mual dan muntah tidak ada. b. BB stabil / tidak turun atau tidak naik. c. Mukosa bibir lembab. d. Turgor kulit elastis. e. Peningkatan nafsu makan. f. Nilai Lab : DBN : Hb : 14-18 gr/dl. Albumin : 3,5-5,5 gr/dl Protein total : 6,0-8,0 gr/dl | Mandiri : a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol, dispenea berat, nyeri. b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan atau bantu. c. Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan. d. Auskultasi bunyi usus, observasi atau palpasi distensi abdomen. e. Berikan makan dengan porsi kecil dan sring termasuk dengan makan kering ( roti panggang ) dan makanan yang menarik untuk pasien. f. Evaluasi status nutrisi umum, ukuran berat badan dasar. | a. Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah, kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan drainase postur sebelum makan. b. Menghilangkan tanda bahaya, rasa bau, dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual. c. Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini. d. Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila proses infeksi memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin, bakteri pada saluran GI. e. Tindakan ini dapat meningkatkan masukkan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali f. Adanya kondisi kronis ( PPOM atau alkoholisme ) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap innfeksi lambatnya respon terhadap terapi. |
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Nn. E (19 th)
Ruang rawat : Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnosa medik : Pneumonia
Hari/tgl | Diagnosa Keperawatan | Implementasi | Evaluasi |
Rabu , 26 Mei 2012 | 1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan produksi sputum. | Jam : 09.00 WIB. a. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada. Dengan Hasil : RR = 32x/i, pernapasan cepat dan dangkal, fremitus menurun pada kedua paru. b. Mengukur TTV Dengan hasil : TD : 130/90 mmhg. N : 120 x/i RR : 32x /i c. Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis, krekels, mengi stridor. Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan srtidor ada. d. Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan melakukan batuk efektif. Dengan Hasil : Klien dapat melakukan batuk efektif dan mengeluarkan dahak. e. Melakukan Penghisapan sekret sesuai indikasi. Dengan Hasil : sekret bisa keluar. f. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat. Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat. g. Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodolator, analgesik. h. Memberikan oksigen sesuai indikasi. i. Mengawasi sinar X dada, GDA. Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi meyebar, dan GDA tidak normal. j. Membantu bronkostropi sesuai indikasi. Dengan Hasil : Perlengketan mukosa teratasi | Jam : 13.30 Wib S : a. Klien mengatakan sudah dapat mengeluarkan dahak. b. Klien mengatakan sesaknya sudah berkurang O: a. Klien dapat mengeluarkan dahaknya. b. Krekels dan stredor (+). c. Dispnea berkurang. d. TTV: TD : 125/80 mmHg N : 100x/i RR : 27x /i e. Klien masih mendapat oksigen. A : Masalah teratasi sebagian : klien dapat mengeluarkan dahak dengan efektif dan sesak nafas berkurang. P : Intervensi dilanjutkan : a. Kaji frekuensi kedalaman nafas. b. Pantau terus TTV. c. Auskultasi area paru. d. Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan batuk efektif. e. Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi. f. Lanjutkan pemberian oksigen sesuai indikasi. g. Awasi GDA (Tanda tangan perawat) |
Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan batuk menetap. | Jam : 09.00 WIB a. Mententukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam, konstan, selidiki perubahan karakter / lokasi nyeri dan ditusuk.Dengan Hasil : Nyeri Konstan dan lokasi di bagian dada. b. Memantau tanda vital. Dengan hasil : TD : 130/90 mmhg N : 120 x/i RR : 32x /i c. Memberikan tindakan nyaman misalnya, pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi atau latihan napas. Dengan Hasil: Pasien sudah merasa agak nyaman. d. Menawarkan pembersihan mulut dengan sering. Dengan Hasil: Pasien menerima tawaran. e. Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk. Dengan Hasil: Pasien mematuhi anjuran. f. Memberikan analgesik dan antitusip sesuai indikasi. | Jam : 13.30 Wib S : a. Klien mengatakan nyeri berkurang. b. Klien mengatakan badannya masih lemah O: a. Klien tampak agak nyaman. b. Gelisah berkurang. c. Dipsneu berkurang. d. TTV: TD : 125/80 mmHg N : 100 x/iRR : 27x /i e. Mukosa bibir masih kering dan pucat. f. Dispnea (+). g. Perkusi paru redup. h. Premetus menurun pada kedua paru. i. Akral hangat sianosis. j. Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik. k. Klien masih pucat dan sianosis. A : Masalah teratasi sebagian : klien mengatakan nyeri berkurang, klien merasa agak nyaman. P : Intervensi dilanjutkan : a. Kaji terus karekteristik nyeri. b. Pantau terus TTV. c. Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan batuk efektif. d. Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi (Tanda tangan perawat) | |
3 . Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin bakteri dan rasa sputum | a. Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri. Dengan Hasil : Klien mual dan muntah disebabkan sputum banyak. b. Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di wadah. c. Menjadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan. d. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi distensi abdomen. Dengan Hasil: Terdapat bising usus. e. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering termasuk dengan makan kering ( roti panggang ) dan makanan yang menarik untuk pasien. Dengan Hasil: Klien mau makan dalam porsi kecil. f. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat badan dasar. Dengan Hasil:BB : 61 Kg | S: a. Klien mengatakan batuk berdahak. b. Klien mengatakan dahaknya terasa lengket ditenggorokan. c. Klien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya mampu menghabiskan ½ porsi setiap kali makan (pagi,siang dan malam). d. Klien mengatakan mual. e. Klien mengatakan lemah. O: a. Klien tampak mengeluarkan sputum saat batuk. b. Klien tampak lemah. c. Klien tampak hanya mampu mengabiskan makanan ½ porsi setiap kali makan. d. Kulit klien tampak kering. e. Turgor kulit buruk f. Hb : 10 gr / dl Protein total : 5,86 gr / dl Albumin 3,00 gr / dl BB : 61 kg. g. TTV: TD : 125/80 mmhgs N : 100 x/i RR : 27x /i. h. Akral hangat. i. Kuku pucat dan sedikit sianosis. j. Mukosa bibir kering dan pucat. A : Masalah belum teratasi. P : a. Intervensi Keperawatan dilanjutkan. b. Indentifikasi mual. c. Menjadwalkan pengobatan. d. Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi sering. e. Evaluasi terus status nutrisi (Tanda Tangan Perawat) | |
Kamis , 27 Mei 2012 | 1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan produksi sputum. | Jam : 09.00 Wib a. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada. Dengan Hasil : RR = 25x/i. b. Mengukur TTV. Dengan hasil : TD : 120/80mmhg. N : 80 x/i. RR : 26x /i. c. Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis, krekels, mengi stridor. Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan srtidor tidak ada. d. Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan melakukan batuk efektif. Dengan Hasil : Klien melaksanakan latihan nafas sesuai yang dianjurkan dan dapat melakukan batuk efektif dan mengeluarkan dahak. e. Melakukan Penghisapan sekret sesuai indikasi. Dengan Hasil : sekret bisa keluar. f. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat. Dengan Hasil : intake cairan 2000 ml dan pasien mau minum air hangat.Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodolator, analgesik. g. Mengawasi sinar X dada, GDA. Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi meyebar, dan GDA tidak normal. | Jam :13.30 Wib S : a. Klien mengatakan sudah dapat mengeluarkan dahak. b. Klien mengatakan sudah tidak sesak O: a. Klien dapat mengeluarkan dahaknya. b. Krekels dan stredor (-). c. Dispnea tidak ada. d. TTV: TD : 120/80 mmHg. N : 80x/i.RR : 25x /i A : Masalah teratasi sebagian : klien dapat mengeluarkan dahak dengan efektif, dispnuea tidak ada P : Intervensi dilanjutkan: a. Pantau terus TTV. b. Auskultasi area paru. c. Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan batuk efektif. d. Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi. e. Awasi GDA (Tanda tangan perawat) |
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan batuk menetap. | Jam : 09.00 WIB a. Mententukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam, konstan, selidiki perubahan karakter / lokasi nyeri dan ditusuk. Dengan Hasil: nyeri tidak ada lagi. b. Memantau tanda vital. Dengan Hasil:TTV : TD : 120/80 mmHg. N : 80 x/i. RR : 25x /i. c. Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.Dengan Hasil: pasien mematuhi hal yang dianjurkan. d. Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk. Dengan Hasil : Klien mengikuti anjuran Kolaborasi : Memberikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi. | Jam : 13.30 Wib S : a. Klien mengatakan tidak nyeri lagi. b. Klien mengatakan badannya sudah merasa segar O: a. Klien merasa nyaman. b. TTV:TD : 120/80 mmHg.N : 80 x/i.RR : 25x /i. c. Mukosa bibir masih kering dan pucat. d. Dispnea (-). e. Perfusi paru redup. f. Akral hangat. g. Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik. h. Klien masih pucat dan sianosis A : Masalah teratasi sebagian : klien mengatakan nyeri tidak ada, klien merasa nyaman, badan pasien segar, P : Intervensi dilanjutkan : a. Pantau terus TTV. b. Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan batuk efektif. c. Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi (Tanda tangan perawat) | |
3. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infleksi. | a. Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri. Dengan Hasil : Klien dapat mengeluarkan sputum. b. Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di wadah. c. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi distensi abdomen. Dengan Hasil: Terdapat bising usus. d. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering termasuk dengan makan kering (roti panggang) dan makanan yang menarik untuk pasien. Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan dalam porsi kecil. e. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat badan dasar. Dengan Hasil: BB = 61 Kg | S : a. Klien mengatakan saat batuk sputum keluar. b. Klien mengatakan masih blum nafsu makan dan hanya mampu menghabiskan ½ porsi setiap kali makan (pagi, siang dan malam) O : a. Klien tampak mengeluarkan sputum saat batuk dan sudah berkurang. b. Klien tampak mengabiskan makanan dalam ½ porsi setiap kali makan. c. Kulit klien masih tampak kering. d. Hb : 10 gr / dl. Protein total : 5,86 gr / dl. Albumin 3,00 gr / dl. BB : 61 kg. e. TTV: TD : 120/80 mmhgs. N : 80 x/i.RR : 25x /i. f. Akral hangat A : Masalah teratasi sebagian : Mengidentifikasi pengeluaran sputum, observasi distensi abdomen, dan status gizi. P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan a. Indentifikasi mual. b. Menjadwalkan pengobatan. c. Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi sering. d. Evaluasi terus status nutrisi (Tanda Tangan Perawat) | |
Jumát , 28 Mei 2012 | 1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan produksi sputum. | Jam : 09.00 WIB a. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada. Dengan Hasil : RR = 24x/i. b. Mengukur TTV Dengan hasil :TD : 120/80 mmhg.N : 80 x/i.RR : 24x /i. c. Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis, krekels, mengi stridor. Dengan hasil : Bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan srtidor tidak ada. d. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat. Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat dan intake 2500 ml. e. Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodolator, analgesik. f. Memberikan oksigen sesuai indikasi. g. Mengawasi sinar X dada, GDA. Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi meyebar, dan GDA normal. | Jam : 13.30 Wib S : a. Klien mengatakan sudah tidak batuk. b. Klien mengatakan sudah tidak sesak O: a. Klien mengatakan tidak ada sputum. b. Krekels dan stridor (-). c. TTV: TD : 120/80 mmHg. N : 80x/i. RR : 24x /i A : Masalah teratasi : klien tidak batuk. Tidak lagi sesak, tidak ada lagi sputum, auskultasi area paru normal, intake cairan tercukupi P : Intervensi dihentikan (Tanda tangan perawat) |
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan batuk menetap. | Jam : 09.00 WIB a. Memantau tanda vital. Dengan Hasil: TTV : TD : 120/80 mmHg. N : 80 x/i. RR : 25x /i. b. Menawarkan pembersihan mulut dengan sering. Dengan Hasil: pasien mematuhi hal yang dianjurkan. c. Memberikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi. | Jam : 13.30 WIB S : a. Klien mengatakan tidak nyeri lagi. b. Klien mengatakan badannya sudah segar O : a. Klien merasa nyaman. b. TTV: TD : 120/80 mmHg N : 80 x/i. RR : 24x /i. c. Mukosa bibir normal dan tidak pucat lagi. d. Dispnea (-). e. Perfusi paru Normal. f. Akral hangat. g. Kapilari refile kembali dalam 2 detik. A : Masalah teratasi. P : Intervensi dihentikan. (Tanda tangan perawat) | |
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin bakteri dan rasa sputum | a. Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri. Dengan Hasil : Klien tidak mual lagi. b. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi distensi abdomen. Dengan Hasil: tidak terdapat bising usus. c. Memberikan makan dengan porsi kecil dan sering termasuk dengan makan kering (roti panggang) dan makanan yang menarik untuk pasien. Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan 1 porsi penuh. d. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat badan dasar. Dengan Hasil: BB = 62 Kg | S : a. Klien mengatakan tidak batuk lagi. b. Klien mengatakan sudah nafsu makan dan mampu menghabiskan 1 porsi penuh setiap kali makan (pagi, siang dan malam) O : a. Klien tidak tampak batuk lagi dan tidak ada sputum. b. Klien tampak mengabiskan makanan dalam 1 porsi penuh setiap kali makan. c. Kulit klien sudah normal. d. Hb : 14 gr / dl. Protein total : 7,5 gr / dl. Albumin 3,4gr / dl. BB : 62 kg. e. TTV: TD : 120/80 mmhg. N : 80 x/i. RR : 24x /i. f. Akral hangat. A : Masalah teratasi. P : Intervensi Keperawatan dihentikan. (Tanda Tangan Perawat) |
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam nyawa. Penyakit ini bisa terjadi pada orang tua, anak-anak, dan pasien yang mempunyai persolan-persoalan medis yang kronis, seperti COPD, penyakit jantung, diabetes, dan kanker-kanker tertentu. Untungnya, dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses. Mekanisme masuknya penyakit ini tergantung dari agen yang menyerang. Untuk mengetahui gambaran klinis dari penyakit pneuminia yaitu dapat dilihat dari gejala-gejala yang menyerang pasien, melalui pemeriksaan laboratorium, sinar X-Ray, dan pemeriksaan yang lainnya. Etiologi dari pneumonia paling umum yang ditemukan disebabkan karena bakteri streptococcus. Host yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah orang tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok.
4.2 Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia disarankan untuk menghindari merokok, tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Jeremy, d. (2005). At a Glance Sistem Respirasi, Edisi 2. Jakarta: Erlangga.
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: ECG.
Setyoningrum, R. (2006). Pneumonia. In Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI. Surabaya.
Shulman, P., & Sommers. (1994). Dasar Biologi dan Klinis Penyakit Infeksi. Jilid II. Yogyakarta: Gajah Mada University.
Anonim. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien. Akses (http://montanitalyano.blogspot.co.id/2013/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html)
0 komentar