Sabtu, 17 November 2018

Asuhan Keperawatan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT
DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD)
















BAB II
PEMBAHASAN

A.                Definisi
Demam berdarah dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok. (Sudoyo Aru, dkk 2009).
Sejumlah laporan memperlihatkan bahwa jumlah kasus infeksi Dengue di Indonesia masih tinggi, yakni rata-rata 10-25 kasus per 100.000 penduduk. Namun, angka kematian akibat infeksi Dengue telah turun hingga hanya kurang dari 2% dari keseluruhan kasus. Kelompok umur yang paling rentan terkena Dengue adalah kelompok umur anak-anak usia 4-10 tahun. Pada umumnya penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) akan mengalami fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita akan merasakan demam yang cukup tinggi 40ºC, kemudian pada fase ke-dua penderita mengalami fase kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami turunnya demam hingga 37ºC dan penderita akan merasa dapat melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh kembali) pada fase ini jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah (pendarahan). Di fase yang ketiga ini akan terjadi pada hari ke 6-7 ini, penderita akan merasakan demam kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di fase inilah trombosit akan perlahan naik kembali normal kembali. Sampai saai ini BD masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurang usia harapan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup msyarakat. Dampak ekonomi langsung adalah biaya pengobatan yang cukup mahal, sedangkan dampak tidak langsung adalah kehilangan waktu kerja dan biaya lain yang dikeluarkan selain pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan sakit. 


B.                 Etiologi
Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo Aru, dkk 2009).

C.                Gejala demam berdarah dengue

Gejala infeksi virus Dengue adalah sebagai berikut:

> Gejala Umum :
a. Demam  tinggi yang bisa mencapai 41 derajat celcius
b. Sakit kepala
c. Nyeri otot dan sendi
d. Mual dan Muntah
e. Hilang nafsu makan
f. Nyeri Ulu hati 
g. Tubuh Menggigil
h. Badan terasa lemah
i. Sakit tenggorokan
j.   Sakit tenggorokan 

> Manifestasi pendarahan :
a. Gusi berdarah
b. Mimisan
c. Muntah darah
d. Menstruasi yang berlebihan pada wanita
e. Bintik merah pada kulit
> Gejala akibat komplikasi
a. Ensefalopati DBD: penurunan kesadaran, sakit kepala hebat, kejang
b. Gagal hati: mual, kulit tampak kuning, perut membuncit
c.  Koagulasi intravaskular diseminasi (kelaianan pembekuan darah): terjadi perdarahan yang sangat banyak


Pada kasus yang jarang terjadi, demam dengue juga menyebabkan hidung dan gusi juga mengeluarkan darah yang jumlahnya sangat sedikit (berbeda dengan pendarahan yang terjadi pada hemorrhagic dengue fever yang mana volume darah yang dikeluarkan cukup banyak. Virus dengue memerlukan masa inkubasi sama seperti virus lain pada umumnya. Masa inkubasi adalah jarak waktu antara virus pertama kali masuk ke tubuh sampai gejala mulai muncul. Pada demam dengue, gejala biasanya baru dirasakan setelah 4-10 hari sejak masuknya virus melalui gigitan nyamuk

D.                Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun antibody-virus. Pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotonin, trombin, histamin), yang akan merangsang PGE2 di hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu hipetermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah menyebabkan kebocoran plasma.
Adanya komplek imun antibody-virus juga juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi asidosis metabolic. Asidosis metabolic juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya terjadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hypoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat bergantung pada daya tahan tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi dan terjadi: (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskuler ke ekstravaskuler, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler, (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati.(Arief Mansjoer dan Suprohaita; 2000; 419).
Perubahan patofisiologi pada DBD yang sudah diketahui antara lain perubahan pada vaskuler, trombosit, kongulasi, dan imunologi. Pada perubahan vaskuler terjadi kerapuhan pembuluh darah dan kenaikan permeabilitas kapiler. Trombosit pada fase awal penyakit akan terjadi gangguan fungsi, kemudian menyusul trombositopenia, gangguan agregasi penurunan betathromboglobulin, kenaikam PF4 dan umumnya memendek. Koagulopati yang terjadi berupa penurunan sejumlah faktor koagulasi, dan terjadi pula koagulasi intravaskuler. Perubahan imunologi seluler dan humoral antara lain munculnya leukopenia, aneosinofilia, limfosit plasma biru, penurunan limfosit -T dan kenaikan limfosit-B, peningkatan imunoglobulin dan komplek imun. Saat ini terdapat banyak teori pathogenesis DHF yang menunjukkan belum jelas pathogenesis yang sesungguhnya. Pathogenesis tersebut antara lain infeksi sekunder yang berturutan dengab tipe virus yang lain, yang ada hubungannya dengan ADE, IgM dan makrofag. Teori virulensi virus, teori trombosit-endotel dan teori mediator.
Vaskulopati ditandai dengan terjadinya kerapuhan pembuluh darah dan peninggian permeabilitas kapiler. Kerapuhan pembuluh darah dibuktikan dengan uji tourniquet atau rumpel leedeatau uji Hess. Uji ini mungkin positif meskipun waktu perdarahan normal. Permeabilitas kapiler yang meningkat menyebabkan protein plasma dan cairan dari intravaskuler bocor ke ekstravaskuler. Hal tersebut terbukti dengan timbulnya hemokonsentrasi, efusi pleura, ascites, edema, hipoproteinemia terutama hipoalbuminemia.
Biopsy pada bercak merah di kulit menunjukkan adanya edema perivaskuler pada mikrovaskulatur terminal di daerah papila kulit, dengan infiltrasi limfosit dan monosit. Di daerah ini dapat ditemukan antigen dengue, deposit komplemen, immunoglobulin dan fibrinogen. Pada fase awal timbul vaskulopati dan disfungsi trombosit, selanjutnya muncul trombositopenia. Fungsi trombosit yang terganggu berupa penurunan agregasi, kenaikan platelet faktor 4 (PF4) dan penurunan betathromboglobulin (BTG) disertai memendeknya umur trombosit. Agregasi trombosit dihambat oleh adanya kompleks imun yang terdiri atas antigen virus dengue dengan antibody anti dengue di dalam plasma atau dihambat oleh fibrinogen degradation  product (FDP).
Trombositopenia pada DHF dapat disebabkan karena adanya komplek imun di permukaan trombosit. Komplek imun tersebut akan menyebabkan rusaknya trombosit yang kemudian akan diambil hati dan lien. Trombositopeni dapat juga terjadi karena depresi sumsum tulang dan konsumsi yang berlebihan pada sirkulasi. Koagulopati dibuktikan dengan adanya penurunan faktor fibrinogen, faktor V, VII, VIII, X, dan XII. Pada DHF fase akut terjadi koagulasi intravaskuler dan fibrinolisis. Telah dibuktikan adanya pemanjangan partial thromboplastin time (PTT), perpanjangan thrombin time, penurunan fibrinogen dan kenaikan FDP bersama-sama dengan penurunan antithrombin Iii, alfa-2 antiplasminogen. Koagulasi intravaskuler ini terutama pasa DSS. Perubahan imunologik pada DHF terdiri atas penurunan imunologik humoral dan seluler. Perubahan humoral dapat dibuktikan dengan terbentuknya antibody IgM yang dipakai sebagai dasar uji haemaglitinasi inhibition (HI) dan Dengue Blot, dan IgM yang pada umumnya dideteksi dengan IgM Elisa Capture. Selain komplek imun IgG dan IgM, juga ada komplek imun IgA dan IgE. Perubahan imunologik seluler adalah terjadinya leukopeni pada fase akut disertai aneosinofili, kenaikan monosit dan basofili. Limfosit-T menurun dan limfosit-B meningkat pada fase akut.

Peranan Magrofag
Magrofag adalah salah satu sel target pada infeksi dengue. Pembiakan virus terjadi di dalam sel ini, semakin banyak makrofag yang diinfeksi virus semakin berat penyakit yang timbul. Berat ringan penyakit dapat diduga dipengaruhi secara genetis, yaitu dengan cara membantu atau menghambat pertumbuhan virus dalam monosit. Di kuba mononuklear orang kulit putih lebih peka dari pada orang kulit hitam.
Peranan IgM
IgM akan muncul pada fase awal penyakit yang dimulai pada hari keempat. Infeksi sekunder tidak selalu menimbulkan dengue berat, dengue berat hanya muncul pada 1-3% kasus. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian itu adalah IgM spesifik terhadap dengue. IgM yang bersifat netralisasi dapat berkaitan dan menetralisasi infeksi sekunder sehingga mencegah timbulnya sakit yang berat. Bila IgM tidak cukup, maksimal timbul peningkatan IgG yang akan menghasilkan dengue bentuk yang berat.
Perubahan patofisiologi mayor yang ditemukan pada kasus-kasus di atas berkisar pada pertama, peningkatan permeabilitas vaskuler yang mengakibatkan perembesan plasma, hipovolemia dan berujung pada renjatan. Kedua, abnormalitas system hemostasis akibat vaskulopati, trombositopenia dan koagulopati.





E.   Woc DBD 




F.  Pencegahan
Demam berdarah dapat dicegah dengan pemberian vaksin Dengue. Vaksin ini diberikan pada anak usia 9-16 tahun, sebanyak tiga kali dengan jarak enam bulan. Cara lain untuk mencegah demam dengue adalah dengan menghindari diri terkena gigitan nyamuk perantara virus. Berikut ini cara-cara menghindari diri dari gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai perantara virus dengue :
a.       Mensterilkan ruangan rumah dengan pembasmi serangga yang bisa dibeli bebas di pasar atau apotek.
b.      Berkoordinasi dengan warga lingkungan tempat tinggal untuk melakukan fogging guna membasmi sarang nyamuk.
c.       Bergotong-royong bersama para tetangga untuk membersihkan selokan-selokan serta membuang sampah-sampah yang bisa menampung air sebagai media bertelur oleh nyamuk.
d.      Membersihkan  bak mandi dan menaburkan serbuk abate agar jentik-jentik nyamuk mati.
e.       Menutup, membalik, atau jika perlu menyingkirkan media-media kecil penampung air lainnya yang ada di rumah anda.
f.       Memasang kawat anti nyamuk di seluruh ventilasi rumah anda.
g.      Memasang kelambu di ranjang tidur anda.
h.      Memakai lotion anti nyamuk, terutama yang mengandung N-diethylmetatoluamide (DEET) yang terbukti efektif. Namun jangan gunakan produk ini di sekitar bayi yang masih berusia di bawah dua tahun.
i.        Mengenakan pakaian yang cukup bisa melindungi anda dari gigitan nyamuk.

G. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh empat manifestasi klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit), hepatomegali,dan tanda kegagalan sirkulasi (world health organization,1997). Yang membedakan DBD dengan demam dengue (DD) adalah pada DBD ditemukan permeabilitas pembuluh darah yang tinggi, hipovolemia, hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemoragik.
Fase prarenjatan diawali dengan nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi sempit, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah dan berkeringat. Muntah dan nyeri abdomen persisten meskipun tidak masuk kriteria WHO juga perlu diwaspadai. Seringkali terdapat perubahan dari demam menjadi hipotermia disertai berkeringat serta perubahan status mental (somnolen atau iritabilitas).   
1.                  Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
-          Nyeri kepala
-          Nyeri retro-orbital
-          Mialgia/artralgia
-          Ruam kulit
-          Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif)
-          Leukopenia
-          Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang sudah dikonfirmasi  pada lokasi dan waktu yang sama.
2.                  Deman Berdarah Dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegangkan bila semua hal di bawah ini dipenuhi :
a.         Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b.         Manifestasi  perdarahan yang biasanya :
-          Uji tourniquet positif
-          Petekie, ekimosis, atau purpura
-          Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas suntikan
-          Hematemesis atau melena
c.                        Trombositopenia <100.00/ul
d.                        Kebocoran plasma yang ditandai dengan
-          Peningkatan nilai hematrokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin.
-          Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat
e.                        Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinema, asites, efusi pleura
3.                  Dengue shock syndrome (DSS)
Sindrom Renjatan Dengue (SRD) atau dengue shock syndrome (DSS) adalah manifestasi renjatan yang terjadi pada penderita DBD derajat III dan IV (world health organisation,1997). Kebanyakan pasien memasuki fase SRD pada saat atau setelah demamnya turun yaitu antara hari ke 3-7 setelah onset gejala. Pada saat tersebut penderita dapat mengalami hipovolemik hingga lebih dari 30% dan dapat berlangsung selama 24-48 jam.
Seluruh kriteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :
a.       Penurunan kesadaran, gelisah
b.      Nadi cepat
c.       Hipotensi
d.      Tekanan darah turun , 20 mmHg
e.       Perfusi perifer menurun
f.       Kulit dingin-lembab


H. Pemeriksaan  Pununjang
1.      Trombositopeni (100.00/mm3)
2.      Hb dan PCV meningkat (20%)
3.      Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis)
4.      Isolasi virus
5.      Serologi (Uji H) : Respon antibody sekunder
Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali (setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan), faal hemostasis, FDP, EKG, foto dada, BUN, creatinin serum.

I. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue
Tidak ada terapi spesifik untuk penderita Demam berdarah dengue, prinsip utama adalah terapi suportif. Dengan terapi suportif adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna. Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia bersama dengan Divisi penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun protocol penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa.
Protokol ini terbagi dalam 5 kategori :
· Protokol 1
   Penanganan tersangka DBD dewasa tanpa syok. Seseorang yang tersangka menderita DBD di ruang Gawat Darurat dilakukan
pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan trombosit, bila :
  -Hb,Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000
  - 150.000, pasien dapat dipulangkan dengan anjuran control.
  - Hb, Ht normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurkan untuk dirawat.
  - Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk dirawat.
· Protokol 2
Pasien dengan tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan massif dan tanpa syok maka diruang rawat diberika cairan infuse kristaloid deng
an rumus : 1500+ (20x(BB dalam Kg-20))

J. Masalah yang lazim muncul
1.                  Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi
2.                  Hipertermia b.d proses infeksi virus dengue
3.                  Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma darah
4.                  Nyeri akut b.d agen cidera biologis (penekanan intra abdomen)
5.                  Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
6.                  Resiko syok (hypovelemik)
7.                  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat  akibat mual dan nafsu makan yang menurun
8.                  Resiko perdarahan

K. Discharge planning
1.                  Minum yang cukup, diselingi minuman sari buah-buahan (tidak harus jus jambu)dan ukur jumlah cairan yang keluar dan yang diminum.
2.                  Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup.
3.                  Untuk perlindungan gunakanlah obat anti nyamuk yang mengandung DEET saat mengunjungi tempat endemik dengue.
4.                  Cegah perkembangbiakan nyamuk dan kenali tanda dan gejalanya.
5.                  Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpanan air untuk mencegah nyamuk berkembang biak dengan menutup tempat penampungan, mengosongkan air tergenang dari ban bekas, kaleng bekas, dan pot bunga.
6.                  Pada pasien DBD tidak boleh diberikan asetosal, aspirin, anti inflamasi nonsteroid karena potensial mendorong terjadinya perdarahan.
7.                  Melakukan abatesasi tempat-tempat penampungan air untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk. Untuk abate yang ditaburkan ke dalam bak tendon air, satu sendok makan abate untuk bak ukuran 1m x 1m x 1m atau 10mg dalam 100 liter air. Jangan dikuras 1 bulan karena obat ini melapisi dinding bak air sehingga kalau ada jentik, jentik akan mati.


L. Pencegahan dan Pengendalian
Program pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan melakukan manajemen lingkungan mencakup semua perubahan yang dapat mencegah atau meminimalkan perkembangbiakan vector, sehingga kontak antara manusia dan vector berkurang.
a.       Modifikasi lingkungan
a)              Perbaikan persediaan air.
b)             Tanki atau reservoir di atas atau bawah tanah anti nyamuk.
c)              Manipulasi lingkungan
d)             Drainase instalasi persediaan air
e)             Penyimpanan air rumah tangga
f)               Pot/vas bunga dan jebakan semut
g)              Bagian luar bangunan
h)             Keharusan menyimpan air untuk pemadaman Kebakaran
i)                Pembuangan sampah padat
j)               Pengisian rongga pada pagar
k)              Botol kaca dan kaleng
b.      Perlindungan Diri
a)      Pakaian pelindung
b)      Tikar, obat nyamuk bakar dan aerosol
c.       Penolak serangga
a)      Insektisida untuk kelambu dan gorde
d.      Pengendalian Biologis
a)      Ikan pemakan larva
b)      Bakteri penghasil endotoksin
c)      Siklopoids/sejenis udang-udangan
d)     Perangkap telur autosidal/ perangkap telur pembunuh
e)      Pengendalian Kimiawi
f)       Pemberian Larvasida kimiawi
g)      Pengasapan wilayah


M. ANATOMI FISIOLOGI DARAH
Darah merupakan bagian dari cairan ekstrasel yang berfungsi :
—  Mengangkut oksigen dari paru2
—  Bahan nutrisi dari saluran cerna
—  Mengangkut hormon dari kelenjar endokrin
                Bahan tersebut diangkut keseluruh sel, dimana bahan tersebut akan berdifusi dari kapiler ke jaringan interstitiel selanjutnya masuk kedalam sel untuk digunakan dalam aktivitas sel. Bahan yang dihasilkan dari metabolisme sel akan dikeluarkan dan diangkut oleh darah untuk diekskresi.
Fungsi Darah :
—  Fungsi transport
—  Fungsi regulasi
—  Fungsi pertahanan tubuh
Komposisi darah :
—  Plasma 55 % dari volume darah
—  Sel darah 45 % dari volume darah
Komposisi plasma :
—  Air ; (90-92 %) sebagai pelarut, absorbsi dan pelepasan panas
—  Protein 
                - Albumin ; dihasilkan di hati berfungsi mempertahankan tekanan osmotik agar normal (25 mmHg)
                - Globulin ; berfungsi untuk respon imun
                - Fibrinogen ; berfungsi untuk pembekuan darah
Komposis sel darah
1.Leukosit ;
                - Granulosit (neutrofil, eosinofil, basofil)
                - Agranulosit (monosit, limfosit)
2.            Eritrosit
3.            Trombosit

—  Granulosit : berasal dari sel induk di sumsum tulang merah dari mieloblas menjadi mielosit sebelum berdiferensiasi menjadi salah satunya
—  Neutrofil : fungsi utamanya melindungi terhadap benda asing yang masuk tubuh khususnya kuman dan melenyapkan bahan limbah. Sel-sel ini tertarik ketempat infeksi ke tempat infeksi oleh substansi kimia yang dilepaskan oleh sel-sel cedera
—  Eosinofil : banyak diantaranya bermigrasi keluar pembuluh darah menuju daerah tubuh yang terpapar misal, jar ikat dibawah kulit, membran mukosa saluran nafas dan cerna, pelapis vagina dan rahim. Fungsi eosinofil melindungi tubuh terhadap bahan asing (parasit).
—  Basofil : sel ini menggetahkan histamin, yang menimbulkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas dinding kapiler. Hal ini mempermudah fagosit dan substansi protektif lain spt zat anti, tiba dicelah jaringan bersama sel mast mengumpul didaerah radang yang menyembuh.
—  Agranulosit : disebut demikian karena di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula
—  Monosit : sel mononuklir besar asal sumsum tulang merah. Beredar didalam darah, berfungsi terutama di jaringan sesudah berkembang menjadi makrofag. Keduanya menghasilkan interleukin 1 yang bekerja pada hipotalamus, menaikkan suhu badan pada infeksi dengan kuman, merangsang pembentukan globulin oleh hati dan meningkatkan produksi limfosit T aktif.
—  Limposit : ada dua jenis limposit
                - limposit-T, diaktifkan o/ timosin dalam kel timus
                - limposit-B, diaktifkan dalam jaringan limpoid.
                Sebagian beredar dalam darah dan lainnya menetap di jaringan limpoid, bila limposit aktif bertemu anti gen maka masing2 dapat berkembang menjadi sel efektor yang menghadapi anti gen itu dan sel memori yang menetap dalam jaringan limpoid (apabila serangan kedua, sudah dikenali).
—  Eritrosit : sel ini berbentuk cakram bikonkaf, tanpa inti, berdiameter 7-8 mikrometer. Eritrosit mengandung hemoglobin yang memberinya warna merah
—  Hemoglobin : protein kompleks terdiri atas protein, globin dan pigmen hem (mengandung besi). Jadi besi penting untuk Hb. Kebutuhan besi pria dan wanita berbeda karena pria hanya kehilangan 1 mg besi/hari sedangkan wanita kehilangan sampai 20 mg besi selama menstruasi normal.
—  Trombosit : merupakan keping darah, asalnya dari sel megakariosit dalam sumsum tulang merah. Jumlah normalnya berkisar antara 200.000 – 350.000 per mm3 darah.
                - Fungsinya : berkaitan pembekuan darah. Pada penyakit demam berdarah, jumlahnya sangat menurun (dikatakan trombositopeni) dan pasien cenderung berdarah dibawah kulit (purpura) atau di selaput lendir.

 Proses pembentukan sel darah
—  Terjadi awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian kecil pada limpa. Pada minggu ke 20 masa embrional mulai terjadi pada sumsum tulang.
—  Semakin besar janin peranan pembentukan sel darah terjadi pada sumsum tulang
—  Setelah lahir semua sel darah dibuat disumsum tulang, kecuali limposit yang juga dibentuk dikelenjar limpe, thymus dan lien
—  Setelah usia 20 tahun sumsum tulang panjang tidak memproduksi lagi sel darah kecuali bagian proximal humerus dan tibia.



N. Asuhan keperawatan klien dengan DBD
Asuhan keperawatan diawali dengan mencari data dasar yang akurat berupa hasil pengkajian. Setelah pengkajian maka ditegakkan diagnosa keperawatan lalu menyusun rencana tindakan (intervensi) sebagai panduan dalam melakukan tindakan keperawatan (implementasi). Proses asuhan keperawatan yang terakhir adalah evaluasi keperawatan untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
1.PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a.                   Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, no.rekam medis, diagnose medis.
b.                  Riwayat keperawatan
1.                  Keluhan utama
Demam tinggi dan mendadak, perdarahan (petekie, ekimosis, purpura pada ekstremitas atas, dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang-kadang disertai kejang dan penurunan kesadaran.
2.                  Riwayat penyakit sekarang
Badan panas, suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2-7 hari, terdapat bintik merah pada ekstremitas dan dada, selaput mukosa mulut kering, epistaksis, gusi berdarah, pembesaran hepar, kadang disertai kejang dan penurunan kesadaran.
3.                  Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah menderita DHF, malnutrisi.
4.                  Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang terserang DHF.
5.                  Riwayat kesehatan lingkungan
Apakah lingkungan tempat tinggal sedang terserang wabah DHF.
c.                   Pemeriksaan fisik
1.                  Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tubuh tinggi; nadi cepat; lemah; kecil sampai tidak teraba; sesak nafas; tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang).
2.                  System tubuh
a.                   Pernafasan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada system pernafasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering disertai  keluhan sesak nafas sehingga memerlukan pemasangan oksigen.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan pharingitis karena demam yang tinggi, terdapat suara nafas tambahan (ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 nafas dangkal dan cepat disertai penurunan kesadaran.
b.                  Kardiovaskuler
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 keluhan mendadak demam tinggi 2-7 hari, mengeluh badan terasa lemah, pusing, mual, muntah; derajat 3 dan 4 orang tua atau keluarga melaporkan pasien mengalami penurunan kesadaran, gelisah dan kejang.
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 uji tourniquet positif, merupakan satu-satunya manifestasi perdarahan. Derajat 2 terdapat petekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Derajat 3 kulit dingin pada daerah akral, nadi cepat, hipotensi, sakit kepala, menurunnya volume plasma, meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, trombositopenia dan diathesis hemorrhagic. Derajat 4 shock, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
c.                   Persarafan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 pasien gelisah, cengeng dan rewel karena  demam tinggi dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat kesadaran.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 konjungtiva mengalami perdarahan, dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat kesadaran, gelisah, GCS menurun, pupil miosis atau midriasis, reflek fisiologis atau patologis sering terjadi.
d.                  Perkemihan- Eliminasi Urinaria
Anamnesa : Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada kencing.
Pemeriksaan fisik : Produksi urin menurun (oliguria sampai anuria), warna berubah pekat dan berwarna coklat tua pada derajat 3dan 4.
e.                   Pencernaan-Eliminasi Fekal
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah atau tidak ada nafsu makan, haus, sakit menelan, derajat 3nyeri tekan ulu hati, konstipasi.
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 dan 2  mukosa mulut kering, hyperemia tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat pembesaran hati dan nyeri tekan, sakit menelan, pembesaran limfe, nyeri tekan epigastrium, hematemisis dan melena.
f.                   Musculoskeletal
Anamnesa : pada derajat 1 dan 2 pasien mengeluh nyeri otot, persendian dan punggung, pegal seluruh badan, mengeluh wajah memerah, pada derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot atau kelemahan otot dan tulang akibat kejang atau tirah baring lama.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 nyeri pada sendi, otot, punggung dan kepala; kulit terasa panas, wajah tampak merah dapat disertai tanda kesakitan, sedangkan derajat 3 dan 4 pasien mengalami parese atau kekakuan bahkan kelumpuhan.
d.                  Data penunjang
a)      Hematokrit normal : PCV/ Hm= 3 X Hb sampai meningkat >20 %
b)      Trombositopenia, kurang dari 100.000/mm3
c)      Masa perdarahan dan protombin memanjang
d)     Ig G dengue positif
e)      Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia
f)       Pada hari ke-2 dan ke-3 terjadi leukopenia, neutropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil
g)      SGOT / SGPT mungkin meningkat
h)      Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
i)        Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2.      Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
3.      Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual, muntah, anoreksia.
4.      Resiko / aktual kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
5.      Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemia.
6.      Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.
7.      Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
8.      Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pemasangan infus).
9.      Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren:      trombositopenia,trauma.
10.  Ansietas berhubungan dengan perubahan / ancaman pada status kesehatan, ancaman kematian.
11.  Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah Interpretasi informasi, kurang pajanan.

3.                  Intervensi keperawatan
Dx 1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Kriteria evaluasi( NOC ) :
Pasien akan :
1.      Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
2.      Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1.      Monitor suhu pasien.
Pola demam dapat membantu dalam diagnosis; kurva demam lanjut lebih dari 4 hari menunjukan infeksi yang lain.

2.      Anjurkan pasien untuk banyak minum ( lebih kurang 2,5 liter/24 jam ).
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

3.      Berikan kompres hangat.
Dengan  vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.

4.      Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh
Kolaborasi :
1.      Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.

Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
2.      Berikan antipiretik
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.




















KASUS

A. Identitas Klien

1. Inisial klien : Tn. T
2. Usia : 17 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Tgl lahir : 15-01-1996
5. No. RM : 1400429
6.Tanggal masuk : 16/05/2013
7. Tanggal pengkajian : 17/05/2013
8. Alamat : Jl. Asrama Polri Cipinang atas blok D no 13 RT05 RW 5 Kel. Cipinang     Pulogadung

B. Keluhan utama masuk RS         :
     Demam sejak 2 hari SMRS
C.Riwayat penyakit dahulu            :
     Klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama dan tidak pernah dirawat di   Rumah sakit.
D. Riwayat penyakit sekarang       :
     Klien mengeluh demam sejak 2 SMRS. Demam dirasakan datang tiba-tiba dan tinggi, klien mengeluh nyeri orbita, myalgia, mengeluh mual dan sakit kepala tidak ada mimisan dan gusi berdarah
.Pemeriksaan Lab : DPL Hb : 12.4, Ht: 39, Leuko : 4100, Tromb:125000 rb.
E.Riwayat penyakit keluarga        :
   Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama saat ini dengan klien
F.Riwayat kesehatan lingkungan  :
   Klien mengatakan saat ini tinggal di lingkungan yang padat namun bersih. Beberapa minggu sebelumnya klien melakukan perjalanan keluar kota bersama teman -temannya dan menginap selama 2 hari. Klien mengatakan selama menginap banyak nyamuk.
.Anamnesis klien saat dikaji tgl. 17 /05/2013 :
:Data subjektif :
Saat dikaji klien mengeluh badan panas, kepala terasa pusing, mual
-mual dan badan terasa lemas.
Data Objektif :
TD=100/70 mmHg N=90,RR=20 S=38
, badan teraba panas, tampak meringis sakit kepala, klien tampak mual dan menolak untuk makan. Terpasang IUFD RL 500 cc/6jam

H.Pemeriksaan fisik
1. Sistem Pernapasan / Respirasi :Frekuensi nafas 28 x/mnt, pergerakan dada simetris, nafas cuping hidung tidak ada, batuk tidak ada, suara paru vesikuler, ronchi dan Crakles tidak ada.
2.Sistem Kardiovaskuler
TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mnt, pulsasi lemah, akral hangat, sianosis (-), CRT < 3 detik, Uji tourniquet positif.
.3. Sistem Persyarafan / neurologi Kesadaran baik, Compos mentis, tidak tampak gelisah.
4. Sistem perkemihan Frekuensi BAK 6-7 kali/hari, warna urine jernih.
5. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal Selaput mukosa kering, mual, muntah, nyeri saat menelan, nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis, makan 1-2 sendok. nyeri ulu hati, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa(-), pembesaran hati(-) melena(-).
6.Sistem integument
Tampak kemerahan pada kulit, kulit teraba panas, tampak bintik merah di kulit lengan dan kaki.
7.Pemeriksaan penunjang
13.5/37/6.14/142000
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
DPL
Hemoglobin:14.6
Hematokrit:39
Leukosit:2.23
Trombosit:61rb
13,00-16,00 gr/dl
40-48%
5000-10.000/mm3
150.-400.rb/mm3
Elektrolit
Natrium :128
Kalium :3.1
Cl = 99
135-145
3.5-4.5
98-109
Fungsi Hepar
SGOT = 86
SGPT = 46
0-37
0-40
Ureum
Kreatinin
19
1
20-40
0.8-1.5
NS 1 Dengue
Positif

APTT
PT
(-)
(-)
Albumin
(-)
(-)
Rontgen
Efusi pleura (-)


8. Pengobatan
-RL 500 cc/8 jam
-Fimahes / 24 jam
-Transfusi TC 10 ui
-Diet lunak 1700 kkal
-Paracetamol 3 x 500 mg
-OMZ 2 X 10 mg

Analisa data
No
Data
Masalah keperawatan
1
DS:
-Klien mengeluh badan panas
-Klien mengatakan demam
sejak 3 hari yang lalu
DO:
-Kulit tampak kemerahan dan berkeringat
-Kulit teraba panas
-Suhu 38 C

Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)
2
DS :
-Kien mengeluh mual dan muntah
-Nafsu makan menurun
-Nyeri ulu hati
-Makan 1-2 sendok
-Klien mengeluh lemas
DO :
-Selaput mukosa kering
-Nyeri tekan pada epigastrik
-Porsi makan tidak habis
Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ;kurang dari kebutuhan
3
DS :
-Klien mengatakan tidak mengalami perdarahan gusi
DO:
-Trombosit : 61 ribu/mm3
-Petechie (+)
Risiko perdarahan
4
DS :
-Klien mengeluh haus terus
-Klien mengatakan badan berkeringat terus
-Klien mengatakan BAK lancar kurang lebih 200 cc setiap kali BAK.
DO :
-Tampak berkeringat
-Suhu 38 C
-Mukosa kering
-TD : 100/70 mmHg
Risiko Defisit volume cairan

3.                  Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
3. Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.
4.Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia


Intervensi Keperawatan 

No
Diagnosa
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit(viremia).
Kriteria Hasil :
1.Suhu tubuh dalam rentang normal
2.Nadi dan RR dalam rentang normal
3.Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Mandiri :
1.Monitor suhu pasien.
2.Anjurkan pasien untuk banyak
minum (lebih kurang 2,5 liter/24jam).
3.Berikan kompres hangat.
4.Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Kolaborasi :
1.Berikan terapi cairan intravena
dan obat-obatan sesuai program
dokter
2.Berikan antipiretik.
1. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis; kurva demam lanjut lebih dari 4 hari menunjukan infeksi yang lain.
2.Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
3.Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.
4.Pakaian tipis Membantu mengurangi penguapan tubuh.
1.Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
2.Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
2.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,muntah,anoreksia.
Kriteria Hasil :
1.Tidak ada tanda tanda malnutrisi
2.Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
3.Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Mandiri :
1.Kaji keluhan mual, Sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien
2.Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
3.Berikan makanan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering.
4.Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Kolaborasi :
1.Berikan obat-obatan antiemetic sesuai program dokter.
-Antasida, contoh Mylanta.
-Vitamin, contoh B komplek,
C, tambahan diet lain sesuai indikasi
1.Untuk menetapkan cara mengatasinya.
2.Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan .
3.Untuk menghindari mual.
4.Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.



1.Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan meningkatkan toleransi pada makanan.
2.Kerja pada asam gaster, dapat menurunkan iritasi/ resiko perdarahan
3.Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan
3.
Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.
Kriteria Hasil :
1.Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal
2.Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
3.Haluaran urine adekuat, capillary refilltime < 3dtk.
Mandiri :
1.Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.
2.Observasi tanda-tanda syok.
3.Anjurkan pasien untuk banyak minum.
4.Catat intake dan output cairan
5.Palpasi nadi perifer, capilary
refill, temperatur kulit, kaji kesadaran, tanda perdarahan
6.Monitor adanya nyeri dada tiba-tiba, dispnea, sianosis,kecemasan yang meningkat,
kurang istirahat.
7.Kaji kemampuan menelan klien
Kolaborasi :
1.Berikan cairan intravena sesuai program dokter: NaCl 0,45%,RL solution.
2.Koloid:dextran,plasma/albumin,Hespan/Fimahes.
1.Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normal.
2.Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani shock.
3.Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
4.Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
5.Kondisi yang berkontribusi dalam kekurangan cairan ekstraselular yang dapat menyebabkan kolaps pada sirkulasi/ syok.
6.Hemokonsentrasi dan peningkatan platelet agregrasi dapat mengakibatkan pembentukan emboli sistemik.
7.Kegagalan refleks menelan,anoreksia,tidak nyaman dimulut, perubahan tingkat kesadaran merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan klien untuk mengganti cairan oral.
1.Hipotonik solution (RL/NaCl0,45%)
digunakan untuk memenuhi kebutuhan elektrolit.
2.Koreksi defisit konsentrasi protein plasma, meningkatkan tekanan osmotic intravaskular,dan memfasilitasi kembalinya cairan kedalam kompartemen pembuluh darah
4.
Risiko terjadi perdarahan Berhubungan dengan trombositopenia.
Kriteria Hasil :
-Mempertahankan Homeostasis dengan tanpa perdarahan.
-Menunjukan perilaku penurunan resiko perdarahan.
Mandiri :
1.Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
2.Anjurkan pasien untuk banyak istirahat/bedrest.
3.Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.
4.Awasi tanda vital
5.Anjurkan meminimalisasi
1.Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.
2.Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan resiko perdarahan.
3.Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
4.Peningkatan nadi dengan penurunan TD dapat menunjukan kehilangan volume darah sirkulasi.
5.Pada gangguan faktor pembekuan, trauma minimal dapat menyebabkan

 
BAB III
PENUTUP


SIMPULAN
Demam berdarah dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Demam berdarah dapat dicegah dengan pemberian vaksin Dengue. Vaksin ini diberikan pada anak usia 9-16 tahun, sebanyak tiga kali dengan jarak enam bulan. Cara lain untuk mencegah demam dengue adalah dengan menghindari diri terkena gigitan nyamuk perantara virus

SARAN
Setelah membaca makalah ini diharapkan teman-teman dapat mengerti bagaimana cara pengobatan dbd sekaligus pencegahannya. Dan teman-teman bisa memberikan saran agar makalah ini kedepannya menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Huda Nurafif A dan Kusuma Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis NicNoc. Jilid 1. Jogjakarta: MediAction.

 

0 komentar