Selasa, 06 November 2018

Asuhan keperawatan Avian Influenza (Flu burung)


AVIAN INFLUENZA

MAKALAH


Oleh:
Ainurmalinda (717.6.2.0874)






POGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2018









KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “AVIAN INFLUENZA” ini.
Makalah ilmiah ini telah kami susun secara maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya. Oleh karenat itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaikinya dalam penulisan makalah selanjutnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “AVIAN INFLUENZA” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.





Sumenep, 05 September 2018


Penulis            











DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Penyakit  Flu Burung............................................................................................................3
2.2 Etiologi.................................................................................................................................3
2.3 Manifestasi Klinik................................................................................................................6
2.4 Patofisiologi.........................................................................................................................6
2.5 Pemeriksaan Penunjang........................................................................................................9
2.6 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan..........................................................................10
2.7 Asuhan Keperawatan pada Pasien Flu Burung..................................................................12
2.8 WOC...................................................................................................................................21
BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................................22
BAB VI PENUTUP.................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA



BAB I

1.1 Latar Belakang

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh virus new castle, namun konfirmasi terakhir dari Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).
Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga negara Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi.
Komplikasi dari penyakit flu burung itu sendiri, dapat menyebabkan Meningitis (peradangan pada selaput menginal), Encephalitis (suatu peradangan dari otak), Myocarditis (peradangan pada otot jantung atau miokardium), Pneumonia (radang paru-paru) dan dapat menyebabkan kematian.
Perawat sebagai salah satu bagian dari profesi kesehatan turut terlibat dalam usaha pencegahan dan penanganan kasus Avian Influenza (AI) ini. Peran perawat dimulai dari usaha promotif, preventif , kuratif, hingga rehabilitatif.

1.2  Rumusan Masalah.

1.      Apa pengertian tentang flu burung
2.      Apa saja etiologi dari flu burung
3.      Apa saja  manifestasi klinis dari flu burung
4.      Bagaimana patofisilogi dari flu burung
5.      Apa saja pemeriksaan penunjang dari flu burung?
6.      Bagaimana pelaksanaan medis dan keperawatan pada kasus flu burung?
7.      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien flu burung?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian tentang Flu Burung.
1.      Untuk  mampu menyebutkan berbagai etiologi dari flu burung.
2.       Untuk  mampu menyebutkan berbagai manifestasi klinis dari flu burung.
3.      Untuk  mampu menjelaskan patofisiologi dari flu burung.
4.      Untuk  mampu menyebutkan berbagai pemeriksaan penunjang dari flu burung.
5.      Untuk  mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada kasus flu burung.
6.      Untuk  mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien flu burung.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyakit  Flu Burung

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Flu burung (bahas Inggrisavian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia (Rahmat Ilham, 2010).
Flu burung adalah penyakit influenza (disebabkan oleh virus influenza tipe A) yang terdapat pada unggas dan umumnya tidak menular pada manusia. Namun beberapa tipe diantaranya ternyata dapat menyerang manusia khususnya virus influenza subtipe H5N1. ( Tamher, Noorkasiani. 2008 : 6).
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1. (FAO, Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner).
Jadi menurut kelompok, penyakit flu burung itu adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang ditularkan melalui unggas yang dapat menyerang makhluk hidup (burung dan mamalia). Flu burung (avian influenza) ini yang dapat menyerang yaitu virus influenza dengan subtipe H5N1.

2.2 Etiologi

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9.
Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Virus akan mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56° C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.
Klasifikasi:
Penderita H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit (MOPH Thailand, 2005)
Derajat I          : Penderita tanpa Pneumonia
Derajat II        : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas
Derajat III       : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas
Derajat IV: Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF).
Ada banyak sub tipe dari virus flu ini :
1.         Tipe H1N1. Sub tipe ini lebih banyak ditemukan di babi sebagai vektor utamanya. Di kemudian hari, virus tipe ini lebih dikenal sebagai penyebab flu babi. Berbeda dengan penyebab flu unggas, sub tipe ini justru lebih efektif ditularkan lewat manusia. Dalam setiap bersin pasien flu babi, setidaknya terkandung 100.000 virus H1N1. Untungnya, daya bunuh H1N1 hanya 1/12 dari flu burung. Flu babi hanya memiliki kemungkinan fatal sebesar 6%, jauh di bawah angka 80 persen mili flu unggas.
2.         H1N2 adalah sub tipe berikutnya. Sub tipe ini merupakan subtipe dari virus influenza A yang juga disebut virus flu burung. Oleh para ahli, virus ini dinyatakan sebagai virus pandemik pada manusia dan hewan, khususnya babi.
3.         H2N2 adalah sub tipe yang lainnya. Virus H2N2 ini sudah termutasi menjadi banyak sekali variasi virus flu ini. Salah satu bentuk mutasi dari H2N2 adalah H3N2 dan banyak lagi subtipe virus flu lainnya yang sering ditemukan pada unggas. Virus model ini dicurigai sebagai penyebab pandemik pada manusia di tahun 1889.
4.         H2N3. Berdasarkan struktur penyusunnya, H2N3 terdiri atas proteins sebagai “casing”nya,   hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Pada umumnya, virus ini dapat menginfeksi manusia dan unggas.
5.         Sub tipe virus Avian Influenza yang paling berbahaya. Dikenal sebagai penyebab utama flu unggas. H5N1 adalah virus yang sangat berbahaya. Berdasarkan penelitian para ahli, pasien yang terjangkiti virus H5N1 hanya memiliki kemungkinan sembuh kurang dari 20%. Meskipun hanya ditularkan lewat unggas, H5N1 merupakan pembunuh yang efektif. Daya bunuhnya 12 kali lebih dahsyat dibanding sub tipe virus avian influenza      yang lain. Virus ini merupakan jenis virus yang bersifat epizootik atau bersifat epidemik untuk golongan di luar manusia dan juga bersifat panzootik yang mampu mempengaruhi beragam spesies hewan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa virus ini sudah “sukses” membunuh setidaknya 10 juta unggas di seluruh dunia serta menginfeksi ratusan juta      lainnya. Pada bulan Desember tahun 2009, badan kesehatan dunia, WHO mengumumkan bahwa setidaknya terjadi 447 kasus flu yang terjadi pada manusia dan tingkat kematian pada periode ini sangat tinggi, lebih dari 50% dengan angka kematian mencapai 267 orang.
6.         Sub tipe lain yang dianggap patogenik untuk manusia adalah H7N3, H7N7 dan H9N2. Ketiga jenis ini dianggap sebagai virus avian influenza yang memiliki daya rusak tingga hingga dapat membunuh pengidapnya. Menurut update terbaru dari FAO, virus-virus ini secara perlahan tapi pasti memperkuat kemampuan merusak mereka. Untuk virus H7N7 sendiri bisa menginfeksi manusia, burung, babi, anjing laut serta kuda. Pada uji      laboratorium, virus ini bisa mengifeksi tikus yang digunakan dalan percobaan. Virus H9N2 merupakan jenis virus yang menginfeksi bebek. Pada perkembangannya, virus ini juga menginfeksi manusia. Pada Desember 2009, ditemukan kasus anak-anak terinfeksi H9N2 di Hongkong.

2.3  Manifestasi Klinik.

Gejala pada unggas yang sakit cukup bervariasi, mulai dari gejala ringan (nyaris tanpa gejala), sampai sangat berat. Hal ini tergantung dari keganasan virus, lingkungan, dan keadaan unggas sendiri. Gejala yang timbul seperti jengger berwarna biru, kepala bengkak, sekitar mata bengkak, demam, diare, dan tidak mau makan. Dapat terjadi gangguan pernafasan berupa batuk dan bersin. Gejala awal dapat berupa gangguan reproduksi berupa penurunan produksi telur. Gangguan  sistem saraf dalam bentuk depresi. Pada beberapa kasus, unggas mati tanpa gejala. Kematian dapat terjadi 24 jam setelah timbul gejala. Pada kalkun, kematian dapat terjadi dalam 2 sampai 3 hari.
2.      Tanda dan Gejala pada manusia
Gejala flu burung pada dasarnya adalah sama dengan flu biasa lainnya, hanya cenderung lebih sering dan cepat menjadi parah. Masa inkubasi antara mulai tertular dan timbul gejala adalah sekitar 3 hari; sementara itu masa infeksius pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari sesudah gejala timbul pada anak dapat sampai 21 hari.
Gejalanya suhu > 38oC, demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, sampai infeksi selaput mata ( conjunctivitis ). Bila keadaan memburuk, dapat terjadi severe respiratory distress yang ditandai dengan sesak nafas hebat, rendahnya kadar oksigen darah serta meningkatnya kadar CO.

2.4 Patofisiologi

Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan (termasuk melalui pakan ternak ). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain. Secara umum, ada 3 kemungkinan mekanisme penularan dari unggas ke manusia.Dalam hal penularan dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa penularan pada dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas yang telah dimasak, digoreng dan lain-lain, tidak menularkan flu burung ke orang yang memakannya. Virus flu burung akan mati dengan pemanasan 80°C selama 1 menit.
Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon "bunuh diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia. Makin banyak virus itu tereplikasi, makin banyak pula produksi sitokin-protein dalam tubuh yang memicu peningkatan respons imunitas dan berperan penting dalam peradangan. Sitokin yang membanjiri aliran darah karena virus yang bertambah banyak, justru melukai jaringan tubuh (efek bunuh diri). Flu Burung banyak menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh yang belum begitu kuat.
Masa Inkubasi
a.       Pada Unggas : 1 minggu
b.      Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .
Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekret burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika terjadi kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya.
Penyebaran
Mekanisme penyerangan virus flu burung pada unggas dan ruminansia hampir sama. Virus memiliki inti virus yang di dalamnya mengandung asam inti yang dapat memproduksi protein. Dalam istilah ilmu penyakit, asam inti yang dimiliki oleh virus mempunyai variasi jenis virus. Semakin banyak protein yang dihasilkan berarti semakin banyak pula variasi jenis virusnya. Virus pertama kali akan menyerang selaput lendir dengan menempel menggunakan rambut-rambut tajam yang terdapat pada dinding luar (envelope).Pada saat menempel, virus merusak dinding pelindung selaput lendir dan memasukkan asam inti virus. Asam inti virus yang dimasukkan ini akan merubah susunan protein yang dibentuk selaput lendir sehingga terjadi perubahan struktur protein. Protein selaput lendir yang telah terkontaminasi inilah yang kemudian disebarkan keseluruh jaringan dan organ melalui darah. Bersamaan dengan dimulainya peredaran protein ke seluruh tubuh maka saat itu juga virus mulai menyebar.
Komplikasi.
1.      Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak.
2.      Encephalitis ( bulbar )
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan  disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
3.      Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau Pericarditis
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium, pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui mekanisme dasar, yaitu:
a.       Invasi langsung ke miokard.
b.      Proses immunologis terhadap miokard.
c.       Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
d.      Paralisis akut flaksid.
e.       Pneumonia ( peradangan paru )
Penyakit pada paru-paru dengan kondisi pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteriavirusjamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol.
f.       Kematian
Terjadi jika mengalami gagal nafas akut.

2.5  Pemeriksaan Penunjang.

1.      Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.
Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
a.       Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
b.      Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
c.       Uji Serologi :
1)      Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
2)      Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
3)      Uji penapisan
a)      Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.
b)      ELISA untuk mendeteksi H5N1.
2.      Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
3.      Pemeriksaan Kimia darah
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
4.      Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
5.      Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.

2.6 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.

Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkataan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan respirasi, anti inflamasi, imunomodulators.
Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan dan di rumah sakit rujukan flu burung.
1.      Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung diantaranya adalah :
a.       Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan flu burung.
b.      Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir sesuai skoring di bawah ini, sementara pada puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop “Case Management” & pengembangan laboratorium regional Avian Influenza, Bandung 20 – 23 April 2006.
2.      Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan
Pasien Suspek H5N1, probabel, dan konfirmasi dirawat di ruang isolasi.
a.       Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke ruang pemeriksaan.
b.      Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD dan melakukan      kewaspadaan standar.
c.       Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
d.      Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang setiap hari sedangkan HI diulang pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang.
e.       Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
f.       Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap lima hari.
g.      Penatalaksanaan di ruang rawat inap.
3.      Keperawatan
a.       Perhatikan :
1)      Keadaan umum.
2)      Kesadaran.
3)      Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
4)      Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.
b.      Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat :
1)      Penghambat M2 : Amantadin (symadine), Rimantidin (flu madine). Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari.
2)      Penghambatan neuramidase (WHO) : Zanamivir (relenza), Oseltamivir (tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1 minggu.
Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan petunjuk sebagai berikut :
a.       Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg 5 hari, simptomatik dan antibiotik jika ada indikasi.
b.      Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg selama 5 hari, antibiotic spectrum luas yang mencakup kuman tipik dan atipikal, dan steroid jika perlu seperti pada kasus pneumonia berat, ARDS. Respiratory care di ICU sesuai indikasi.
Sebagai profilaksis, bagi mereka yang beresiko tinggi, digunakan Oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama lebih dari 7 hari (hingga 6 minggu).
4.      Pengobatan
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:
a)      Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
b)      Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
c)      Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
d)     Anti replikasi neuramidase (inhibitor): Tamiflu dan Zanamivir.
e)      Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama      selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan      lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.

2.7 Asuhan Keperawatan pada Pasien Flu Burung.

1.      Pengkajian.
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, keluhan utama, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
a.       Identitas /biodata klien
Meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, asal suku bangsa, nama orangtua, pekerjaan orangtua, dan penghasilan.
b.      Keluhan utama
Panas tinggi > 38ºc lebih dari 3 hari, pilek, batuk, sesak napas, sakit kepala, nyeri otot, sakit tenggorokan
c.       Riwayat penyakit sekarang
1)      Suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang,/tidak ada.
2)      Infeksi paru.
3)      Batuk dan pilek.
4)      Infeksi selaput mata.
d.      Pemeriksaan Fisik.
1)      Kulit : Tidak terjadi infeksi pada sistem integumen.
2)      Mata : orang yang terkena flu burung sklera merah, adanya nyeri tekan, infeksi selaput mata.
3)      Mulut dan Lidah : Lidah kotor, mulutnya kurang bersih, mukosa bibir kering.
e.       Pemeriksaaan penunjang : pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula, pemeriksaan yang perlu dilakukan pada orang yang mengalami flu burung, yaitu pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan pemeriksaaan darah.
2.      Diagnosa Keperawatan.
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental akibat influenza.
b.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi).
c.       Ketidakseimbanngan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea dan anorexia.
d.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi dada.
e.       Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan peningkatan suhu tubuh.

3.      Rencana Keperawatan.
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental akibat influenza.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
         diharapkan  jalan napas kembali efektif.
Kriteria hasil :
1)      Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas kembali normal.
2)      Mengeluarkan atau membersihkan secret secara mandiri dengan batuk efektif.

No
Intervensi
Rasional

1.

Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal crackles/rales, ronkhi, wheezing.

   Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas (asma berat).
2.
      Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
3.
      Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu.
Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.
4.
     Kaji pasien untuk posisi yang nyaman.
Posisi yang nyaman mempermudah fungsi pernafasan. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
5.
    Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan.
6.
     Dorong/bantu melatihan napas dalam.

Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea.


b.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan pertukaran gas kembali normal.
Kriteria hasil :
1)      Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan AGD dalam rentang normal (PCO2 : 35-45 mmHG, PO2 : 80-100 mmHG) dan tak ada gejala distres pernapasan.
2)      Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi.
No
Intervensi
Rasional

1.

 S   Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot bantu.

Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit.
2.
     Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
3.
      Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Sianosis perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
4.
    Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
5.
    Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. AGD memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia.

c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea dan anorexia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan perubahan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
1)      Menunjukkan peningkatan napsu makan.
2)      Mempertahankan/meningkatkan berat badan pasien.
No
Intervensi
Rasional

1.

 S   Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.
2.
      Mengauskultasi bising usus.
Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
3.
    Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencetus utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
4.
      Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.   
Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
5.
    Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
6.
      Hindari makanan yang sangat pedas atau sangat dingin.
Suhu ekstrim dapat mencetuskan/ meningkatkan spasme batuk.
7.
    Timbang berat badan sesuai indikasi.
Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Catatan: Penurunan berat badan dapat berlanjut, meskipun masukan adekuat sesuai teratasinya edema.

d.       Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi dada.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pola nafas pasien kembali normal.
Kriteria hasil :
1)      Pola nafas klien kembali normal (vesikuler).
2)      Klien tidak menggunakan otot bantu lagi saat bernafas.
No
Intervensi
Rasional

1.

 S   Pantau pemasukan/ pengeluaran. Hitung keseimbangan cairan, catat kehilangan tak kasat mata. Timbang berat badan sesuai indikasi.

     Evaluator langsung status cairan. Peubahan tiba-tiba pada berat badan dicurigai kehilangan/ retensi cairan.
2.
      Evaluasi turgor kulit, kelembaban membran mukosa, adanya edema dependen/ umum.
    Indikator langsung status cairan/ perbaikan ketidakseimbangan.
3.
      Pantau tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi, pernafasan). Auskultasi bunyi nafas, catat adanya krekels.
     Kekurangan cairan mungkin dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi, karena jantung mencoba untuk mempertahankan curah jantung. Kelebihan cairan/ terjadinya gagal mungkin dimanifestasikan oleh hipertesi, takikardi, takipnea, krekels, distres pernapasan.
4.
      Kaji ulang kebutuhan cairan. Buat jadwal 24 jam dan rute yang digunakan. Pastikan minuman/ makanan yang disukai pasien.
Tergantung pada situasi, cairan dibatasi atau diberikan terus. Pemberian informasi melibatkan pasien pada pembuatan jadwal dengan kesukaan individu dan meningkatkan rasa terkontrol dan kerjasama dalam program.
5.
    Hilangkan tanda bahaya dan ketahui  dari lingkungan. Berikan kebersihan mulut yang sering.
     Dapat menurunkan rangsang muntah.
6.
      Anjurkan pasien untuk minum dan makan dengan perlahan sesuai indikasi.
Dapat menurunkan terjadinya muntah bila mual.
7.
 Kolaborasi :
-       
     Berikan cairan IV melalui alat kontrol.


Cairan dapat dibutuhkan untuk mencegah dehidrasi, meskipun pembatasan cairan mungkin diperlukan bila pasien GJK.
8.
     Pemberian antiemetik, contoh proklorperazin maleat (compazine), trimetobenzamid (tigan), sesuai indikasi.
Dapat membantu menurunkan mual/ muntah (bekerja pada sentral, daripada di gaster) meningkatkan pemasukan cairan/ makanan.
9.
    Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh Hb/Ht, BUN/ kreatinin, protein plasma, elektrolit.
Mengevaluasi status hidrasi, fungsi ginjal dan penyebab/ efek ketidakseimbangan.

e.       Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) kembali normal.
Kriteria hasil :
1)      Suhu tubuh klien kembali normal (36°C)
2)      Secara verbal klien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
No
Intervensi
Rasional

1.

 S   Kaji TTV klien (TD, S, N, RR).

     Untuk mengtahui keadaan umum klien.
2.
      Berikan kompres air hangat pada dahi klien.
     Membantu manurunkan panas tubuh.
3.
      Anjurkan klien untuk minum air 1200 ml/hari.
     Membantu mengurangi cairan pada saat panas.
4.
      Anjurkan kepada keluarga klien, untuk menganjurkan kepada klien menggunakan pakaian tipis.
 Mengurangi rasa panas pada tubuh.
5.
     Kolaborasi ; dengan dokter dalam pemberian terapi obat yang digunakan.
      Membantu menurunkan rasa sakit.
6.
      Pemeriksaan laboratorium.
  Memonitor jumlah leukosit selama dilakukan tindakan.

4.      Implementasi.
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kreteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Beberapa pedoman dalam pelaksanaan implementasi sebagai berikut :
a.       Berdasarkan respon klien;
b.      Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan operasional, hukum dan kode etik keperawatan;
c.       Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia;
d.      Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan;
e.       Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam perencanaan keperawatan;
f.       Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (Self care);
g.      Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan;
h.      Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien;
i.        Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan;
j.        Bersifat holistik;
k.      Kerjasama dengan profesi lain;
l.        Melakukan dokumentasi.

5.      Evaluasi.
Menurut Craven Hirnle (2000). Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektivitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien yang tampil. Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi :
a.       Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kreteria hasil yang telah ditetapkan;
b.      Masalah sebagian teratasi; jika klien menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kreteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah ataau diagnosa keperawatan baru.










BAB III
TINJUAN KASUS

1.    Pengkajian
Masuk 01 Desember 2015 pukul 14.10 WIB ke Anggrek kamar 304.
Tanggal pengkajian 02 Desember 2015 pukul 09.00 WIB.
1.      Identitas klien
Klien bernama Tn. R berusia 30 tahun dengan suku bangsa Sunda, agama Islam, pendidikan terakhir sekolah menengah atas, pekerjaan penujual ayam dipasar, status perkawinan sudah menikah 1 kali selama 3 tahun dengan Ny. E berusia 29 tahun suku bangsa Sunda, agama Islam, pendidikan terakhir sekolah menengah atas, pekerjaan Ibu Rumah tangga dan bertempat tinggal di Jln. Marunda nomor 14 RT 024 RW 07 Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Sumbe biaya klien adalah BPJS, sumber informasi didapat dari klien dan keluarga
2.      Resume
Tn. R (30 tahun) datang ke Rumah Sakit  X pada tanggal 01 Desember 2015 pukul 14.10 WIB atas rujukan dari puskesmas Cilincing dengan riwayat sesak nafas. Saat dibawa ke UGD rumah sakit X Tn. R mengeluh Panas tinggi tinggi saat dirumah 38˚C lebih dari 3 hari yang lalu, klien mengatakan pilek, klien mengatakan batuk, klien mengatakan sesak napas, klien mengatakan sakit kepala, klien mengatakan nyeri otot, klien mengatakan sakit tenggorokan, klien mengatakan sakit saat menelan, klien mengatakan jadi tidak nafsu makan, klien mengatakan tidur malamnya terganggu karena batuk, klien mengatakan dibelakang rumah nya terdapat kandang ayam, klien terkadang batuk dengan mengeluarkan sedikit  sekret berwarna kuning dengan konsitensi kental. Tanda–tanda vital: tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92 x/menit, pernapasan 28 x/menit, suhu 380C. berat badan klien saat iniHasil laboratorium tanggal 01 Desember 2015 jam 16.33 WIB yaitu leukosit 19,60 10ˆ3/µl, klien mendapatkan obat terapi Antipyretic : ASA 600 mg secara oral 4 jam  dan  Imunisasi aktif : Vaccine, 0,5ml IM, klien terpasang infus ringer laktat 20 tetes/menit. Setelah dievaluasi 3 masalah keperawatan belum teratasi.
3.      Riwayat keperawatan
a.       Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama yang dirasakan klien mengatakan badannya terasa panas lebih dari 3 hari yang lalu, pilek, batuk, sesak napas, sakit kepala, dan nyeri otot, factor pencetus awalnya banyak ayam yang mati dibelakang rumahnya, timbulnya keluhannya mendadak lamanya 3 hai yang lalu, upanya mengatasinya adalah meminum obat warung (parasatamol) dan dating ke Puskesmas X
b.      Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien pernah masuk kerumah sakit yang sama karana jatuh dari motor kurang lebih 3 tahun yang lalu, klien tidak ada alergi obat
c.       Riwayat Kesehatan keluarga (Genogram dan Keterangan)
 
Keterangan:
                       = perempuan
                       = laki-laki
                       = garis perkawinan
                                 = garis perceraian
                       = tinggal satu rumah
                       = meninggal
                           = pasien                              
d.      Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga
Klien mengatakan bahwa ayah klien pernah menderita stoke sebelum akhirnya meninggal
e.       Riwayat Psikososial dan Spiritual
Klien mengatakan orang terdekat adalah istri dan anak-anak, interaksi dalam keluarga baik dan pengembilan keputusan dalam keluarga adalah klien sendiri, dampak penyakit klien terhadap keluarga yaitu keluarga beserta istrinya terlihat cemas dengan keadaan salah satu anggota keluarga yang sedang sakit. Masalah yang mempengaruhi klien adalah klien tidak dapat melakukan aktifitas seperti biasanya. Mekanisme kopling terhadap masalah yang dialami klien yaitu diselesainya secara bersama-sama dengan angkota keluarga, klien ingin segera pulang dan dapat melakukan aktifitas seperti biasanya, dan harapan klien setelah dilakukan perawatan ingin cepat sembuh dan penyakitnya tidak muncul kembali, perubahan yang dirasakan klien setelah jatuh sakit adalah sulit beraktifitas. klien tidak mempunyai nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatannya. Aktifitas keagamaan/kepercayaan yang dilakukan klien adalah sholat lima waktu. kondisi lingkungan rumah klien berada di daerah marunda kan di belakang rumah klien terdapat perternakan unggas (ayam).




f.       Pola Kebiasaan Sehari-hari sebelum sakit
1)      Pola Nutrisi
Frekuensi makan klien 3 kali sehari dengan jenis makanan:nasi, lauk pauk, sayur dan buah, nafsu makan baik, tidak ada mual/muntah, klien mengatakan tidak alergi makanan dan tidak ada pantangan makanan. kebiasaan klien sebelum makan adalah dan berdoa.
2)      Pola Eliminasi
Klien buang air besar 2 kali sehari dengan karakteristik setengah padat, tidak pernah terjadi defekasi, tidak ada keluhan buang air besar dan tidak ada hemoroid, klien mengatakan tidak pernah menggunakan obat pencahar. Frekuensi buang air kecil 5-6 kali/hari, karakteristik urin kuning, tidak ada keluhan buang air kecil.
3)      Pola Personal Hygiene
Kebiasaan klien mandi 3 kali sehari dengan menggunakan sabun, oral hygiene 2 kali sehari waktunya pagi dan sore hari, mencuci rambut 3 kali seminggu dengan menggunakan shampoo pada pagi hari.
4)      Pola Aktifitas/Istirahat Dan Tidur
Klien bekerja sebagai wirausahawan, waktu kerja klien adalah pagi hingga sore, klien mengatakan jarang tidur siang, tidak ada keluhan/masalah saat tidur. Klien jarang berolaraga.
5)      Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Klien pernah merokok namun berhenti sejak 1 tahun yang lalu, tidak minum minuman keras dan tidak ketergantungan obat.
g.      Pola Kebiasaan di Rumah Sakit
1)      Pola Nutrisi
Frekwensi makan klien selama dirumah sakit 2 kali sehari, nafsu makan klien tidak baik karena merasa sakit saat menelan dan mual, dan diet klien dirumah sakit TKTP 1900 kalori.
2)      Pola Eliminasi
Klien buang air besar 1 kali sehari dengan karakteristik setengah padat, tidak pernah terjadi defekasi, tidak ada keluhan buang air besar dan tidak ada hemoroid, klien mengatakan tidak pernah menggunakan obat pencahar. Frekuensi buang air kecil 4-5 kali/hari, karakteristik urin kuning, tidak ada keluhan buang air kecil, dan tidak ada penggunaan alat bantu kateter.
3)      Pola Personal Hygene
Klien mandi 1 kali sehari dengan menggunakan sabun dirumah sakit, oral hygiene 2 kali sehari waktunya pagi dan sore hari, belum melakukan cuci rambut dirumah sakit
4)      Pola istirahat dan tidur
klien selama dirumah sakit sekitar 3 jam sehari, klien tidur siang sekitar 4 jam. Kebiasan klien sebelum tidur adalah berdoa
5)      Pola aktivitas dan Latihan
Selama dirumah sakit klien tidak bekerja, tidak melakukan olahraga, klien mengatakan sesak saat beraktifitas dan terkadang sesak saat tidur.
6)      Kebiasaan yang Memepengaruhi Kesehatan
Selama ditumah sakit klien tidak merokok, dan tidak meminum minuman keras
4.      Pengkajian Fisik
a.       Pengkajian Fisik Umum
Berat badan saat ini adalah 52kg dan beratadan klien sebelum sakit adalah 56 kg, tinggi badan klien 165 cm, keadaan umum klien sedang, klien tidak ada emmbesaran pada kelenjar getah bening.
b.      Sistem Pengelihatan
Posisi mata klien terlihat simetris, kelopak mata klien normal, pergerakan bola mata klien normal, konjung tiva klie terlihat anemis, kornea mata klien terlihat normal, skera klien ikterik, pupil klien terlihat isokor, otot-otot mata klien terlihat tidak ada kelainan, fungsi peengelihatan klien baik, tidak ada tanda-tanda radang pada mata klien, klien tidak menggunakan kaca mata dan tidak mengunakan kontak lensa, dan reaksi terhadap cahaya baik dan normal
c.       Sistem Pendengaran
Daun telinga klien terlihat normal, tidak ada karakteristik serum pada telinga klien, kondisi telinga tengah klien terlihat normal, tidak ada cairan dari telinga klien, tidak ada perasaan penuh pada telinga klien, tidak ada tinnitus, fungsi pendengaran klien normal, tidak ada gangguan keseimbangan, klien tidak mengunakan alat bantu pendengaran.
d.      System Wicara
Tidak ada gangguan pada system wicara klien
e.       Sistem Pernafasan
Pada jalan nafas klien ada sumbatan berapa sputum, klien mengatakan sesak saat bernafas, klien menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi nafas klien 28x permenit, irama nafas klien tidak teratur, jenis pernafasan klien ronkhi, kedalamaan nafas klien dangkal, klien batuk produktif, sputum klien berwarna hijau, dengan kkonsistensi kental, tidak terdapat darah pada sputum klien, saat palpasi terdapat nyeri tekan, suara nafas klien ronkhi, klien mengatakan terdapat nyeri saat bernafas, klien menggunakan alat bantu nefas beruapa O22 liter.

f.       Sistem Karndiovaskuler
1)      Sirkulasi Peripher
Nadi klien 86 x permenit dengan irama tidak teratur, denyutan lemah, tekanan darah klien 130\90 mmHg, distensi vena jugularis kanan tidak ada dan kiri juga tidak ada, temperature kulit klien hangat, warna kulit klien pucat, pengisian kapiler 3 detik, tidak ada edema.
2)      Sirkulasi Jantung
Kecepatan denyut apical klien 84x perrmenit, iramanya teratur, tidak ada klienan bunyi jantung, tidak ada sakit pada dada klien.
g.      Sistem Hematologi
Tidak ada gangguan pada hematologi, klien terlihat pucat, dan tidak ada pendarahan.
h.      System Saraf Pusat
Klien mengatakan sakit pada kepalanya, tingkat kesadaran klien compos metis, Glasgow coma scale (GSC) klien Eyes 4, motoric 5 dan verbal 6, tanda-tanda peningkatan TIK pada klien tidak, tidak ada gangguan system persyarafan, pemeriksaan reflek fisiologi klien normal, reflek patologis tidak ada.
i.        System Pencernaan
Keadaan umum klien tidak ada caries pada gigi, tidak ada penggunanaan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah klien terlihat kotor, salifa klien normal, klien muntah sekali saat dirumah, muntahnya berisi cairan, klien mengatakan tidak ada nyeri pada daerah perut, bising usus 12 x permenit, klien tidak ada diare, klien juga mengatakan tidak da konstipasi, hepar kiln tidak teraba, keadaan abdomen klien lembek.
j.        System Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nafas yang berbau keton, tidak ada luka ganggren.
k.      System Urogenital
Balance cairan klien dengan intake 2000ml dan output ml, tidak ada perubahan pola perkemihan klien, warna urine klien kuning jernih, ada distensi atau ketegangan kandung kemih, klien tidak ada keluhan sakit pada pinggang, dan tidak ada nyeri pada system perkemihannya.
l.        System Integumen
Turgor kulit klien elastis, temperature kulit klien teraba hangat, warna kulit klien terlihat pucat, keadaan kulit klien terlihat baik dan tidak ada lesi, tidak ada kelainan pada kulit klien, kondisi kulit didaerah pemasangan infus terlihat baik, keadaan tekstur rambut klien baik, kebersihannya baik.
m.    System Muskuloskeletal
Klien mengatakan tidak ada kesulitan saat bergerak, klien mengatakan tidak ada sakit pada tulang, sendi dan kulit, klien tidak mengalami fraktur, klien tidak ada kelainan bentuk pad tulang belakang, keadaan tonus otot klien baik, kekuatan tonus otot klien 5555 5555 5555 5555

Data Tambahan
Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang diderita saat ini

5.      Data Penunjang
INDIKATOR
RENTANG NORMAL
HASIL
INTEPRETASI
Hemoglobin
14 – 18 gr%
16,5 gr/dL
Normal
Hematokrit
40 – 48%
40,1 %
Normal
Leukosit
4700 – 10300 µ/l
10.250 mg/dl
Normal
Trombosit
150.000 – 450.000
366.000 mg/dl
Nornal
Erytrosit
4 – 5,5 jt µ/l
5.380.000 mg/dL
Normal
Urea
15 – 45 mg/dl
43 mg/dl
Normal
Creatinin
0,6 – 1,3 mg/dl
5,1 mg/dl
Tinggi
SGOT
10 – 50 µ/l
53,1 µ/l
Normal
SGPT
10 – 50 µ/l
55 µ/l
Tinggi
Albumin
3,5 – 5,2 g/dl
2 g.dl
Rendah

6.      Penatalaksaan (therapy/pengobatan/diet)
Klien mendapatkan obat terapi Antipyretic : ASA 600 mg secara oral 4 jam  dan  Imunisasi aktif : Vaccine, 0,5ml IM, klien terpasang infus ringer laktat 20 tetes/menit, Ranitidin 2x 10gr, Flexatide atrovent 3x1 dan Paracetamol 3x1 tab, inhalasi dengan obat combivent 2,5 mg, diet yang didapat klien TKTP 1900 kalori.
7.      Data Fokus
a.       Data Subyektif
Klien mengatakan sesak, klien mengatakan panas tinggi saat dirumah 39˚C lebih dari 3 hari yang lalu, klien mengatakan pilek, klien mengatakan batuk, klien mengatakan sesak napas, klien mengatakan sakit kepala, klien mengatakan nyeri pada otot dan sendi, klien mengatakan sakit tenggorokan, klien mengatakan sakit saat menelan, klien mengatakan jadi tidak nafsu makan, klien mengatakan tidur malamnya terganggu karena batuk, klien mengatakan dibelakang rumah nya terdapat kandang ayam, klien mengatakan berat badannya turun, klien sputumnya berwarna hijau, klien mengatakan pusing, klien mengatakan lemas, klien mengatakan nyeri otot nya seperti ditusuk-tusuk, Nyeri terasa seperti di tusuk-tusuk pada kaki kiri dan kanan, nyeri menjalar dari lutut sampai ujung kaki. Skala nyeri 2 dan dirasakan hilang timbul dengan durasi 5 menit, klien mengatakan sakit tenggrokan saat batuk, klien mengatakan panasnya sekitar 3hari, klien mengatakan hanya menghabiskan ½ porsi makanan dirumah sakit, klien mangatakan

7.      Analisa Data
No
Data
Masalah
Etiologi
1.
Data Subyektif:
a.       Klien mengatakan pusing
b.      Klien mengatakan sakit kepala
c.       Klien mengatakan saat dirumah suhu tubuhnya 38˚C
d.      Klien mengatakan badannya terasa panas
e.       Klien mengatakan panasnya sudaj 3hari
Data Obyektif
a.       Tubuh klien teraba panas
b.      Klien terlihat lemas
c.       Klien terlihat pucat
d.      Tanda tanda vital klien suhu 38,7˚C
Peningkatan suhu tubuh
2.
Data subyektif
a.       Klien mengatakan sesak nafas
b.      Klien mengatakan batuk sejak 5 hari yang lalu
c.       klien mengatakan dibelakang rumah nya terdapat kandang ayam
d.      Klien mengatakan batuknya terdapat sputum

Data Objektif :
1.      klien mengata batuknya terdapat sputum
2.      Klien terlihat sesak
3.      Klien terlihat menggunakan otot bantu pernafasan
4.      Nafas klien terlihat dangkal dan pendek
5.      Sputum klien berwarna hijau dan kental
6.      Nafas klien terdengar rhonki
7.      Tanda–tanda vital: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 30 x/menit, suhu 380C
8.      Klien mendapat inhalasi combivent 2,5 mg
Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif
Produksi sputum yang berlebih
2
Data Subyektif:
a.       Klien juga mengatakan mengalami nyeri pada otot dan sendi.
b.      Klien mengatakn nyeri akan semakin terasa apabila kakinya digerakan atau dipegang.
c.       Nyeri terasa seperti di tusuk-tusuk pada kaki kiri dan kanan, nyeri menjalar dari lutut sampai ujung kaki.
d.      rasakan hilang timbul dengan durasi 5 menit.
e.       Klien megatakan badaya lemas

Data Obyektif
a.       Skala nyeri 2
b.      Klien terlihat dibantu oleh keluarga saat melakukan aktifitas
c.       Klien terlihat menringis kesakitan
d.      Klien terlihat kesulitan bergerak karna nyeri dan sesak nafas
Resiko Intoleransi aktifitas
Nyeri
b.      Data  Obyektif
Klien terlihat sesak nafas, klien terlihat menggunakan otot bantu pernafasan, klien terlihat memegangi dadanya, klien terlihat lemas, klien terlihat dibantu saat melakukan aktifitas, klien terlihat tidak nafsu makan, klien terlihat pucat, klien terlihat nyeri saat batuk, klien terlihat meringis kesakitan pada pungungnya, klien terlihat menguap, klien terlihat hanya menghabiskan ½ porsi makannya, batuk klien terlihat berdahak, dahak klien terlihat berwarna hijau dan kental, pernafsaan klien terdengar ronkhi, nafas klien terlihat dangkal dan pendek, klien terlihat cemas, klien terlihat mual, klien terlihat muntah 1x seharian, mukosa bibit klien terlihat kering, bantung mata klien terlihat hitam. Setelah dilakukan tidakan keperawatan mandiri diketahui Tanda–tanda vital: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 28 x/menit, suhu 38,70C. Hasil laboratorium tanggal 01 Juni 2015 jam 15.33 WIB yaitu hemoglobin 16,5 gr/dL (12,5-16,0 gr/dl), leukosit 10.250 mg/dl (4,00-10,50 10ˆ3/µl), hematocrit 40,1% (37,0-47,0%), trombosit 366.000 mg/dL (182-369 10ˆ3/µl). klien terpasang infus asering 20 tetes/menit, klien mendapat oksigen 2 liter, klien mendapatkan obat terapi Antipyretic : ASA 600 mg secara oral 4 jam  dan  Imunisasi aktif : Vaccine, 0,5ml IM, klien terpasang infus ringer laktat 20 tetes/menit, Ranitidin 2x 10gr, Flexatide atrovent 3x1 dan Paracetamol 3x1 tab, inhalasi dengan obat combivent 2,5 mg, diet yang didapat klien TKTP 1900 kalori. 
2.     Diagnosa Keperawatan
Dari analisa data diatas didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Tanggal ditemukan     : Selasa, 02 Desember 2015
Tanggal teratasi           : Kamis, 04 Desember 2015
2.      Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sputum yang berlebihan
Tanggal ditemukan     : Selasa, 02 Desember 2015
Tanggal teratasi           : Rabu, 03 Desember 2015
3.      Resiko Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
Tanggal ditemukan     : Selasa, 02 Desember 2015
Tanggal teratasi           : Rabu, 03 Desember 2015

3.    Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
1.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. R selama 3x24 jam, diharapkan masalah peningkatan suhu tubuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil: suhu tubuh kembali normal 36-37,5˚C , tadan-tanda infeksi tidak terjadi, dan ttanda-tanda vital dalam batas normal:tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60-80x/menit, pernapasan 18-20x/menit, suhu 36-37,50C.
Perencanaan:
Mandiri
a.       Kaji tanda-tanda vital
Resional: mengetahui perubahan suhu tubuh
b.      Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas
Rasional: melanccarkan aliran darah dalam pembuluh darah
c.       Anjurkan klien untuk menggunakan yang dapat menyerap keringat seperti katun
Rasional: menjaga kebersihan badan
Kolaborasi
d.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik
Rasional: menurunkan panas

Pelaksanaan
Selasa, 02 Desember 2015
Jam 09.30 WIB. Mengkaji  tanda-tanda vital. Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C. Jam 09.45 WIB. Memberi kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah tempora. Respon:klien mengatakan nyaman . Jam 09.50 WIB. Menganjurkan klien untuk menggunakan yang dapat menyerap keringat seperti bahan katun. Respon:klien terlihat mengggunakan kaos berbahan katun. Jam 12.00 WIB. Memberikan obat antipiretik paracetamol 500mg. Respon: klien terlihat menghabiskan 1 tablet.
Evaluasi
Rabu, 03 Desember 2015
Jam 07.40 WIB
S:
1.      Klien mengatakan badannya terasa tidak terlalu panas lagi
2.      Klien mengatakan tidak terlalu pusing lagi
O:
1.      Tubuh klien teraba hangat
2.      Klien terlihat lebih nyaman
3.      Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu 38,20C
4.      Klien mendapatkan obat antipiretik, oral: paracetamol 500 mg.
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
P:   Pertahankan intervensi 1,2,3,4

Pelaksanaan
Rabu 03 Desember 2015
Jam 09.30 WIB. Mengkaji  tanda-tanda vital. Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 380C. Jam 09.45 WIB. Memberi kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah tempora. Respon:klien mengatakan nyaman . Jam 09.50 WIB. Menganjurkan klien untuk menggunakan yang dapat menyerap keringat seperti bahan katun. Respon:klien terlihat mengggunakan kaos berbahan katun. Jam 12.00 WIB. Memberikan obat antipiretik paracetamol 500mg. Respon: klien terlihat menghabiskan 1 tablet.
Evaluasi
Kamis, 04 Desember 2015
Jam 08.20 WIB
S:
1.      Klien mengatakan badannya terasa tidak terlalu panas lagi
2.      Klien mengatakan tidak terlalu pusing lagi
O:
3.      Tubuh klien teraba hangat
4.      Klien terlihat lebih nyaman
5.      Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 85x/menit, pernapasan 26x/menit, suhu 380C
6.      Klien mendapatkan obat antipiretik, oral: paracetamol 500 mg.
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
P:   Pertahankan intervensi 1,2,4


Pelaksanaan
Kamis 04 Desember 2015
Jam 09.30 WIB. Mengkaji  tanda-tanda vital. Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 37,50C. Jam 09.45 WIB. Memberi kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah tempora. Respon:klien mengatakan nyaman. Jam 09.50 WIB. Menganjurkan klien untuk menggunakan yang dapat menyerap keringat seperti bahan katun. Respon:klien terlihat mengggunakan kaos berbahan katun. Jam 12.00 WIB. Memberikan obat antipiretik paracetamol 500mg. Respon: klien terlihat menghabiskan 1 tablet.
Evaluasi
Kamis, 04 Desember 2015
Jam 08.20 WIB
S:
1.      Klien mengatakan badannya terasa tidak terlalu panas lagi
2.      Klien mengatakan tidak terlalu pusing lagi
O:
3.      Tubuh klien teraba hangat
4.      Klien terlihat lebih nyaman
5.      Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 380C
6.      Klien mendapatkan obat antipiretik, oral: paracetamol 500 mg.
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi
P:   Pertahankan intervensi 1
2.      Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sputum yang berlebihan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. R selama 3x24 jam, diharapkan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih atau jelas, bunyi nafas kelien kembali normal yaitu vesikuler, produksi sputum klien kembali normal
Perencanaan
Mandiri
a.       Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas (asma berat).
b.      Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c.       Kaji pasien untuk posisi yang nyaman seperti posisi semi fowler
rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
d.      Dorong/bantu latihan napas abdomen.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.
Kolaborasi
e.       Kolaborasi dengen dokter dalam pemberian obat seperti inhalasi dengan obat combivent
Rasional: membersihkan sputum


Pelaksanaan
Selasa, 03 Desember 2015
Jam 09.30 WIB. Mengkaji  tanda-tanda vital. Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C. Jam 19.35 WIB. Mengaskultasi bunyi nafas klien. Respon: bunyi nafas klien rokhi. Jam 09.55 WIB. Memberikan posisi semi fowler pada klien. Respon:klien mengatakan nyaman dengan posisinya. Jam 12.00 WIB. Memberikan obat inhalasi dengan combivent 2,5 ml. Respon: klien mengatakan tidak sesak lagi
Evaluasi
Rabu, 03 Desember 2015
Jam 08.15 WIB
S:
1.      Klien mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler
2.      Klien mengatakan tidad sesak lagi
O:
1.      Bunyi nafas klien rochi
2.      Klien terlihat lebih nyaman
3.      Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu 38,20C
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
P:   Pertahankan intervensi 1,2,3,4
Pelaksanaan
Rabu, 02 Desember 2015
Jam 09.30 WIB. Mengkaji  tanda-tanda vital. Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C. Jam 19.35 WIB. Mengaskultasi bunyi nafas klien. Respon: bunyi nafas klien rokhi. Jam 09.55 WIB. Memberikan posisi semi fowler pada klien. Respon:klien mengatakan nyaman dengan posisinya. Jam 12.00 WIB. Memberikan obat inhalasi dengan combivent 2,5 ml. Respon: klien mengatakan tidak sesak lagi
Evaluasi
Kamis, 04 Desember 2015
Jam 08.15 WIB
S:
3.      Klien mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler
4.      Klien mengatakan tidad sesak lagi
O:
4.      Bunyi nafas klien rochi
5.      Klien terlihat lebih nyaman
6.      Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu 38,20C
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
P:   Pertahankan intervensi 1,2,3,4
Pelaksanaan
Kamis, 04 Desember 2015
Jam 09.30 WIB. Mengkaji  tanda-tanda vital. Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C. Jam 19.35 WIB. Mengaskultasi bunyi nafas klien. Respon: bunyi nafas klien vesikuler. Jam 09.55 WIB. Memberikan posisi semi fowler pada klien. Respon:klien mengatakan nyaman dengan posisinya. Jam 12.00 WIB. Memberikan obat inhalasi dengan combivent 2,5 ml. Respon: klien mengatakan tidak sesak lagi
Evaluasi
Jumat, 05 Desember 2015
Jam 08.15 WIB
S:
5.      Klien mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler
6.      Klien mengatakan tidad sesak lagi
O:
7.      Bunyi nafas klien rochi
8.      Klien terlihat lebih nyaman
9.      Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 37,50C
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
P:   Pertahankan intervensi 1,2,3,4
3.      Resiko Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. R selama 3x24 jam, diharapkan masalah Intoleransi aktifitas dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri, klien tidak merasa nyeri, skala nyeri klien 0, nyeri klien berkurang
Perencanaan
Mandiri
a.       Kaji tanda–tanda vital klien selama dan sesudah beraktivitas
Rasional:mengetahui keadaan umum klien
b.      Kaji respon klien sebelum dan sesudah aktivitas
Rasional:mengetahui reaksi klien sewaktu melakukan aktivitas dan tidak
c.       Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Rasional:mengetahui pembatasan aktivitas pada klien
d.      Ajarkan klien nafas dalam
Rasional: mengurangi saras nyeri
e.       Bantu aktivitas klien yang diperlukan
Rasional:meminimalkan kelelahan
Pelaksanaan
Selasa, 02 Desember 2015
Jam 09.30 WIB. Mengkaji  tanda-tanda vital. Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C. Jam 11.35 WIB. Mengkaji respon klien sebelum dan sesudah aktivitas. Respon: klien mengatakan sesak saat beraktifitas berat. Jam 09.55 WIB. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan. Respon:klien mengatakan nyeri dan sesak saat bergerak. Jam 11:05 WIB. Mengajarkan klien nafas dalam. Respon: klien nyerinya berkurang. Jam 12.35 WIB. Membantu klien kekamar mandi. Respon: klien terlihat tidak nyeri saat berjalan kekamar mandi
Evaluasi
Rabu, 03 Desember 2015
Jam 08.40 WIB
S:
1.      Klien mengatakan sesak saat beraktifitas berat
2.      Klien mengatakan nyeri saat bergerak
O:
1.      Klien terlihat tidak terlalu nyeri lagi
2.      Klien terlihat memegangi dadanya
3.      Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu 38,20C
4.      Skala nyeri klien 2
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
P:   Pertahankan intervensi 1,2,3,4
Pelaksanaan
Rabu, 03 Desember 2015
Jam 09.30 WIB. Mengkaji  tanda-tanda vital. Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C. Jam 11.35 WIB. Mengkaji respon klien sebelum dan sesudah aktivitas. Respon: klien mengatakan tidak sesak lagi. Jam 09.55 WIB. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan. Respon:klien mengatakan tidak terlalu nyeri dan sesak saat bergerak. Jam 11:05 WIB. Mengajarkan klien nafas dalam. Respon: klien nyerinya berkurang. Jam 12.35 WIB. Membantu klien kekamar mandi. Respon: klien terlihat tidak nyeri saat berjalan kekamar mandi
Evaluasi
Kamis, 04 Desember 2015
Jam 08.20 WIB
S:
1.      Klien mengatakan tidak terlalu sesak saat beraktifitas berat
2.      Klien mengatakan nyeri saat bergerak
O:
1.      Klien terlihat tidak terlalu nyeri lagi
2.      Klien terlihat memegangi dadanya
3.      Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 380C
4.      Skala nyeri klien 1
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi
P:   Pertahankan intervensi 1
















BAB VI
PENUTUP

1.    Kesimpulan
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan (termasuk melalui pakan ternak). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.

2.     Saran
Kita sebagai perawat hendaknya memberikan penyuluhan dan informasi yang adekuat kepada masyarakat mengenai penyakit flu burung, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tentang tanda-tanda yang akan muncuul ketika seseorang terinfeksi virus H5N1 dan segera membawa ke rumah sakit dan diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan dan pengobatan dengan baik agar tidak terjadi infeksi yang lebih berat. Selain itu sebagai tenaga kesehatan sebaiknya berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pencegahan penyebaran virus H5N1, dengan meminimalkan faktor penyebab dengan kolaborasi tenaga kesehatan lain, pemerintah serta kerjasama dengan masyarakat.





Daftar Pustaka

Doengoes,M.E.2008.Rencana Asuhan Keperawatan,Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perwatan pasien.Jakarta: EGC
Muttaqin,Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Padila.2012.Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta: Nuha Medika
Hidayat,A.A.Aziz.2006.Pengantar kebutuhan Dasar Manusia :Aplikasi konsep & Proses Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika
Nanda Internasional.2010.Diagnosa Keperawatan:Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.Jakarta:EGC
Diposting oleh Nur Qomariyah Laili di 00.47




0 komentar