Minggu, 18 November 2018

Asuhan Keperawatan Malaria (KMB)



ASUHAN KEPERAWATAN MALARIA








BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Malaria
2.1.1 Anatomi Dan Fisiologi
Darah adalah medium transport tubuh. Darah terdiri dari komponen cair dan komponen padat. Komponen cair darah disebut plasma, berwarna kekuning-kuningan yang terdiri dari:
a. Air : terdiri dari 91 – 92 %
b. Zat padat yang terdiri dari 7 – 9 %. Terdiri dari :
1. Protein ( albumin, globulin, fibrinogen )
2. Bahan anorganik ( natrium, kalsium, kalium, fosfor, besi dan iodium )
3. Bahan organic ( zat-zat nitrogen non protein, urea, asam urat, kreatinin, xantin, asam amino, fosfolipid, kolesterol, gluksa dll )
Komponen padat darah terdiri dari :
1.      Sel darah merah
Eritrosit adalah cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 8,6 µm. eritrosit tidak memiliki nucleus. Eritrosit terdiri dari membrane luar, hemoglobin
( ptotein yang mengandung besi ) dan karbon anhidrase ( enzim yang terlibat dalam transport karbndioksida ). Pembentukan eritrosit dirangsang oleh glikoprotein dan eritropoetin dari ginjal. Jumlah eritrosit nrmal yaitu : laki-laki : 4,5 – 5,5 106 / mm3 dan perempuan : 4,1 – 5,1 106 / mm3. funsi eritrosit adalah mengangkut dan melakukan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Pada orang dewasa umur eritrosit adalah 120 hari.
2.      Sel darah putih
3.      Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama sel darah putih. Jumlah normalnya adalah 4.000 – 11.000 / mm3. 5 jenis sel darah putih yaitu :
  
a.       Neutrofil 55 %
b.      Eosinofil 2 %
c.       Basofil 0,5 – 1 %
d.      Monosit 6 %
e.       Limfosit 36 %
f.       Trombosit
Trombosit bukan merupakan sel melainkan pecahan granular sel, berbentuk piringan dan tidak berinti, berdiameter 1 – 4 mm dan berumur kira-kira 10 hari. Sekitar 30 – 40 % berada dalam limpa sebagai cadangan dan sisanya berada dalam sirkulasi. Trombosit sangat penting peranannya dalam hemostasis dan pembekuan. Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari 100.000 / mm3.
Fungsi darah secara umum yaitu :
1.      Respirasi yaitu transport oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru
2.      Gizi, transport makanan yang diabsorpsi
3.      Ekskresi, transport sisa metablisme ke ginjal, paru-paru, kulit dan usus untuk dibuang
4.      Mempertahankan keseimbangan asam basa
5.      Mengatur keseimbangan air
6.      Mengatur suhu tubuh
7.      Transport hormon

2.1.2 Pengertian
Malaria adalah penyakit menular akibat infeksi parasit plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria yang bernama Anopheles. Nyamuk Anopheles penyebab penyakit malaria ini banyak terdapat pada daerah dengan iklim sedang khususnya di benua Afrika dan  India. Termasuk juga di  Indonesia.  Parasit plasmodium yang ditularkan nyamuk ini menyerang sel darah merah.Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina. Pengertian Malaria Menurut Para Ahli:
WHO (2010) Pengertian Malaria Menurut WHO disebabkan oleh parasit Plasmodium. Malaria pada manusia disebabkan oleh empat spesies Plasmodium yang berbeda, yakni P. falciparum, P. malariae, P. ovale dan P. vivax.
Harijant ( 2000) Menurutnya, pengertian penyakit malaria adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan karena adanya plasmodium yang ditularkan oleh manusia melalui jaringan vector pada nyamuk anopheles. Nadesul (1995) Dalam definisinya, penyakit malaria adalah penyakit yang biasanya aditandai olehdanya  rasa dingin, suhu badan meningkat, badan menggigil , dan juga denyut nadi cepat.
Depkes RI  (2004) Menurunta Kementrian Kesehatan penyakit malaria dapat menyerang semua manusia (laki-laki dan perempuan) tanpa adanya golongan umur, artinya dari bayi, anak-anak, sampai dewasa bisa terjangkait penyakit ini. Syamsudin (2012) Menurutnya, obat antimalaria yang ideal adalah obat yang efektif terhadap semua jenis dan stadium parasit, mampu menyembuhkan infeksi akut maupun laten, efek samping ringan dan toksisitas rendah. Obat antimalaria yang telah digunakan di Indonesia antara lain, klorokuin, sulfadoksin-pirimetamin, kina, halofantrin, amodiakuin, dan meflokuin (Tjitra et al, 1991)
Dari berabagi definisi diatas, dapat diakatkan untuk di Indonesia sendiri penyakit malaria tersebar diseluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit didaerah dengan ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan laut. Angka kesakitan malaria di pulau  Jawa  dan Bali dewasa  pada tahun 1983 berkisar antara 1-2 per 1000 penduduk, sedangkan di luar Jawa-Bali sepuluh kali lebih besar. Sepsies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Plasmodium malariae banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur (Hiswani, 2004). Menurut survei kesehatan rumah tangga tahun 2001, terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Dari 484 kabupaten/kota yang ada di Indonesia , 338 kabupaten/kota merupakan wilayah endemis malaria  (Kandun, 2008).

2.2.3 Etiologi
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu,
1)             Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria    tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
2)             Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
3)             Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae (demam tiap hari empat).
4)             Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001). Cara Penularan dan siklus hidup. Tergantung faktor setempat; seperti pola curah air hujan, kedekatan antara lokasi perkembangbiakan nyamuk dengan manusia, dan jenis nyamuk di wilayah tersebut. Dikenal istilah ‘endemis malaria’ dan ‘musim malaria’ Epidemik yang luas dan berbahaya dapat terjadi ketika parasit yang bersumber dari nyamuk masuk ke wilayah di mana masyaratnya memiliki kontak dengan parasit namun memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki kekebalan terhadapa malaria. Atau, ketika orang dengan tingkat kekebalan rendah pindah ke wilayah yang memiliki kasus malaria tetap. Epidemik ini dapat dipicu dengan kondisi iklim basah dan banjir, atau perpindahan masyarakat akibat konflik.

2.2.4 Jenis- jenis Malaria 
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
a.              Malaria Tropika(Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin). Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika: Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).

b.             Malaria Kwartana(Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil. Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.

c.              Malaria Ovale(Plasmodium Ovale)
Malaria Ovale (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.

d.             Malaria Tersiana(Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi

 2.2.5 Karakteristik Nyamuk 
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.
Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada pula yang bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar (Slamet, 2002). Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
a.              Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah
b.             Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
c.              Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit manusia (menghisap darah)
d.             Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
e.              Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48 derajat.
f.              Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu.
g.             Lebih senang hidup di daerah rawa

2.2.6 Patofisiologi 
Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu plasmodium vivax, plasmodium falcipaum, plasmodium malariae, plasmodium ovale. Malaria juga melibatkan hospes perantara, yaitu manusia maupun vertebrata lainnya, dan hospes definitive, yaitu nyamuk anopheles. Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen ( sporogoni ) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual ( skizogoni ) dalam badan hospes vertebra termasuk manusia.
1.             Fase seksual
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk (Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk (Tjay & Rahardja, 2002). Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001).
2.             Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -eritrositer primer.” Terjadi di dalam darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah.
Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus halus. Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut “ekso-eritrositer sekunder“.
Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan. Secara garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.
2.2.7 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut Mansjoer (2000) antara lain sebagai berikut :
1.             Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periodik. Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :
a.         Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b.         Periode panas
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
c.         Periode berkeringat
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.

2.             SplenomegaliS
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.

3.             Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (Mansjoer).

4.             Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain:
a.         Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang di hasilkan.
b.         Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.
c.         Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000).

2.2.8 Pemeriksaan Diagnostik 
1.             Pemeriksaan mikroskopis malar
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam penderita.Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari. Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
a.         Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
b.         Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan  volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
c.         Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat.
d.        Identifikasi spesies plasmodium.
e.         Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.

2.         QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.

3.         Pemeriksaanimunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan enzim immunoassay.

4.         Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA

2.2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut:
1.             Malaria Tersiana/ Kuartana
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari).
2.             Malaria Ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari). Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
3.             Malaria Falcifarum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari.








BAB 3 

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas
Identitas Klien
Nama                                                   : Tn. “A”
Umur                                                   : 25 Tahun
Jenis Kelamin                                      : Laki-laki
Agama                                                 : Islam
Suku / Bangsa                                     : Indonesia
Alamat                                                 : JL. Abi kusmo, Plaju
Pendidikan                                           : SD
Pekerjaan                                              : Swasta
Status Perkawinan                               : Menikah
No.Rekam Medik                                : 0559888
Tanggal Masuk RS                              : 17 Februari 2010
Tanggal Pengkajian                             : 18 Februari 2010      
Diagnosa Medis                                  : Malaria vivax
           
Identitas Penanggung Jawab
Nama                                                   : Ny. “N“
Umur                                                   : 23 Tahun
Jenis Kelamin                                      : Perempuan
Agama                                                 : Islam
Suku / Bangsa                                     : Indonesia
Alamat                                                 : JL. Abi kusmo, Plaju
Pendidikan                                          : SMA
Pekerjaan                                             : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien                      : Istri

2.             Riwayat Kesehatan
a.         Keluhan Utama
Klien merasa demam & menggigil.
b.         Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak + 2 minggu SMRS klien mengatakan lemah, demam terlalu tinggi, suhunya naik turun, klien tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, mual dan muntah. Klien sempat minum obat yang dibeli dari warung karena badannya masih panas pada pukul 08.00 WIB tanggal 17 Februari 2010, klien langsung di bawa keluarganya ke RSUD Palembang Bari.
c.         Riwayat Kesehatan Dahulu
Tidak ada masalah kesehatan terdahulu
d.        Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit malaria.
e.         Riwayat Psikologi
Klien mengatakan sudah bisa menerima keadaannya dan keluarga selalu memberikan motivasi kepada klien.
f.          Riwayat Sosial
Klien bersikap baik dan dapat bekerjasama dengan perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.
g.         Riwayat Spritual
Klien menganut agama Islam dan selalu berdoa akan kesembuhan penyakitnya.
h.         Pola Aktivitas Sehari-Hari
NO
KEGIATAN
SMRS
SETELAH SMRS
1.
Pola makan
- Frekuensi
- Jenis
- Jumlah
- Masalah

3x sehari
Nasi dsn Lauk
1 Piring
Tidak ada

2x sehari
Nasi dan Lauk
¼ piring

Ada masalah. Klien merasakan lidahnya pahit dan mual saat makan.
2
Pola Minum

- Frekuensi
- Jenis
- Jumlah
- Masalah

8 gelas / hari
Air putih
1,5 liter
Tidak ada

8 gelas / hari
Air putih
1,5 liter
Tidak ada
3
Pola Eliminasi
BAB
-  Frekuensi
-  Konsistensi
-  Warna
-  Masalah
BAK
-   Frekuensi
-  Warna
-  Jumlah
 -  Masalah


1 x sehari
Padat
Kuning
Tidak ada

6-7 hari / hari
Kuning jernih
1000-1500 cc  / hari
Tidak ada


1 x sehari
Padat
Kuning
Tidak ada

6-7 hari / hari
Kuning jernih
1000-1500 cc / hari
Tidak ada
4
Pola Aktivitas dan Istirahat
-  Tidur siang
-  Tidur malam
 -  Gangguan tidur








1 jam / hari
7 jam / hari
Tidak ada

2  jam / hari
2 jam / hari
Ada masalah. Klien merasa menggigil dan klien merasa terganggu dengan suasana lingkungan yang ramai

1.             Pemeriksaan Fisik
Tingkat kesadaran       : compos mentis
Vital sign
- TD                                         : 110/70 mmHg
- RR                                        : 24 x / menit
- Nadi                                      : 86 x / menit
- Temperature                          : 38 0 c
- BB SMRS                             : 48 kg
- BB selama masuk RS           :  47 kg
- Tinggi badan                         : 155 cm
Kepala
Rambut                                   : hitam
Lesi                                         : tidak ada
Kebersihan                             : bersih
Bentuk                                    : lonjong
Masalah                                  : tidak ada kelainan
Mata
Bentuk                                        : simetris
Sklera                                          : tidak ikterik
Pupil                                            : isokor
Konjungtiva                                : anemis
Masalah                                       : tidak ada kelainan
Hidung
Reaksi alergi                                : tidak ada
Polip                                            : tidak ada
Kebersihan                                  : bersih
Masalah                                       : tidak ada kelainan
Telinga
Pendengaran                               : baik
Lesi                                             : tidak ada
Kebersihan                                  : bersih
Masalah                                       : tidak ada kelainan
Mulut dan Gigi
Bibir                                            : kering
Gigi                                             : tidak ada caries
Lidah                                           : tidak ada lesi
Kebersihan                                  : bersih
Masalah                                       : tidak ada kelainan
Leher
Bentuk                                        : simetris
Pergerakan                                  : tidak terbatas
Pembesaran                                 : tidak ada pembesaran vena jugularis
Masalah                                       : tidak ada kelainan
Dada
Inspeksi                                       : simetris
Palpasi                                         : tidak ada vokal permitus
Perkusi                                        : sonor
Auskultasi                                   : ada bising usus
Masalah                                       : tidak ada kelainan
Abdomen
Inspeksi                                       : simetris
Palpasi                                         : pembesaran pada hepar sebelah kiri
Perkusi                                        : redup
Auskultasi                                   : ada bising usus
Ekstremitas atas
Bentuk                                        : simetris
Keadaan                                      : baik
Pergerakan                                  : baik
Nyeri                                           : tidak ada
Lesi                                             : tidak ada
Masalah                                       : tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah
Bentuk                                        : simetris
Keadaan                                      : baik
Pergerakan                                  : baik
Nyeri                                           : tidak ada
Lesi                                             : tidak ada
Masalah                                       : tidak ada kelainan
Genitalia                                      : tidak melakukan pemeriksaan

2.             Pemeriksaan Penunjang
HEMATOLOGI
HASIL
NORMAL
Hemoglobin

Leukosit
Trombosit
Hematokrit


Basofil
Eosinofil
Batang
Sigmen
Limfosit
Monosit
DDR (malaria)
14,8

8700
210.000
34 %


0
0
5
70
20
5
(+) plasmodium vivax
L : 14-16 g/dl
P : 12-14 g/dl
5.000-10.000/ul
150.000-400.000/ul
L : 40-48%
P : 37-43%

0-1%
1-3%
2-6%
50-70%
20-40%
2-8%
Negatif


3.             Therapy
a.    IVFD RL gtt 20 x/menit.
b.    Kloroquin 4-4-2.
c.    Ranitidin 2 x1 ampul.
d.   Clobazam 1x1 mg.
e.    Diet BB




3.2 Analisa Data
Nama Klien    : Tn. A                                    No. Reg.         :   055988
Umur              : 25 tahun                               Diagnosa        :  Malaria
Ruang Rawat : Perawatan laki-laki              Alamat            :  Jl.abi kusmo

NO
TGL JAM
ANALISA DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1
















2























3
18-02-10
08.00 wib















18-02-10
08.30 wib






















18-02-10
08.45 wib
DS: Klien mengatakan badannya menggigil
DO:
-    Klien tampak gelisah
-    Klien tampak menggigil
-    T : 38 0 c
-    RR:  24 x / menit
-    Nadi : 86 x/ menit








DS: klien mengatakan kurang nafsu makan
DO:
- klien tampak lemah
- Klien tampak mual
- porsi makan yang tersedia hanya dihabiskan ¼ piring
- BB SMRS: 48 kg
- BB selama MRS : 47 kg
- TD: 110 / 70 mm Hg
- Nadi : 86 x / menit
- RR : 24 x / menit











DS:Klien mengatakan susah tidur
DO:
- klien tidak bisa tidur
- klien tampak gelisah
- konjungtiva anemis
- Pola tidur SMRS:  7 jam
- Pola tidur selama MRS: 2 jam
Nyamuk anopheles
Plasmodium vivax
Masuk jaringan tubuh
Viremia
inter leukin
peningkatan hipotalamus
Peningkatan suhu tubuh


Nyamuk Anopheles
Plasmodium vivax
Masuk jaringan tubuh
Viremia
Lambung
Asam lambung meningkat
Refleks mual dan muntah
Intake nutrisi menurun
Anoreksia
Perubahan nutrisi



Nyamuk anopheles
Plasmodium vivax
Masuk jaringan tubuh
Viremia
inter leukin
peningkatan hipotalamus
Peningkatan suhu tubuh
Insomnia
Gangguan pola tidur
Peningkatan suhu tubuh















Gangguan kebutuhan nutrisi





















Gangguan pola tidur





    

3.3      DIAGNOSA KEPERAWATAN
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan hipotalamus ditandai dengan:
DS:      Klien mengatakan badannya menggigil
DO:   - Klien tampak gelisah
-  Klien tampak menggigil
- T : 38 0 c
-  RR:  24 x / menit
-  Nadi : 86 x/ menit
Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan :
DS:      Klien mengatakan kurang nafsu makan
DO:   - Klien tampak lemah
- Klien tampak mual
- porsi makan yang tersedia hanya dihabiskan ¼ piring
- BB SMRS: 48 kg
- BB selama MRS : 47 kg
- TD: 110 / 70 mm Hg
- Nadi : 86 x / menit
- RR : 24 x / menit
Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh ditandai dengan:
DS:      Klien mengatakan susah tidur
DO:  - Klien tidak bisa tidur
- Klien tampak gelisah
- Konjungtiva anemis
- Pola tidur SMRS:  7 jam
- Pola tidur selama MRS: 2 jam
3.4   PERIORITAS MASALAH
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan hipotalamus
2. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh


BAB 4
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan pada penderita Malaria di RSUD Palembang BARI maka penulis mengambil kesimpulan bahwa proses keperawatan telah dilaksanakan dengan baik mulai dari pengkajian sampai evaluasi maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Asuhan keperawatan diterapkan secara praktis dengn menggunakan pengamatan langsung pada klien Tn.”A”diruang perawatan umum laki-laki RSUD Palembang BARI. Asuhan keperawatan tersebut diterapkan sesuai dengan tahap proses  keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan keperawatan dan evaluasi.
1.         Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan untuk menyimpulkan data dasar guna untuk menentuhan keperawatan yang akan diberikan. Dalam penyampaian data penulis menggunakan metode observasi dan pemeriksaan fisik.      Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 februari 2010 di Ruang Perawatan Umum Laki-laki RSUD Palembang BARI.
2.         Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menjelaskan suatu pernyataan tentang status kesehatan atau masalah actual dan potensial, perawatan menggunakan proses keperawatan untuk menggurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan pesien yang dipertanggung jawabkan. Diagnosa Keperawatan pada klien Tn.A adalah :
Ø  Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan hipotalamus
Ø  Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
Ø  Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
3.         Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah tahap penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk membantu klien dalam mengatasi masalah kesehatannya sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditemukan dan diprioritaskan sebelumnya. Adapun intervensi yang dibuat dalam membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien Tn.A dibuat sesuai dengan standar keperawatan.
4.         Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan klien Tn.A tidak semua implementasi dapat dilakukan karena keterbatasan waktu yang dimiliki penulis.
5.         Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses penilaian dicapai meliputi pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Pelaksanaan evaluasi didokumentasikan dalam bentuk catatan perkembangan dengan menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, Planning).

4.2 SARAN

1. Untuk RSUD Palembang BARI
      Diharapkan pihak rumah sakit khususnya zaal perawatan laki-laki agar dapat meningkatkan pelayanan terhadap pasien Malaria
2.    Untuk Pendidikan
      Diharapkan agar dapat lebih mengarahkan dan membimbing mahasiswa dalam menerapkan Asuhan Keperawatan dilahan praktek sehingga dapat membandingkan dengan teori yang diberikan di pendidikan.
3.    Untuk Mahasiswa
      Diharapkan dapat merealisasikan prosedur Asuhan Keperawatan yang didapat dari pendidikan di lahan praktek.



DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul.2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2Jakarta: Salemba Medika.
Perry Potter. 2001. Keterampilan dan Prosedur Dasar Edisi 3. Jakarta: EGC
atihrochmat.wordpress.com/2008/06/27/plasmodium falciparum-35k-, diakses kamis, tanggal 18 Februari 2010
http://www.ppmpmlp.depkes.go.id/images/m1_s2_i92_b.pdf, diakses kamis, tanggal 18 Februari 2010
www.kompas.com/read/xml/2008/01/1158363/puskesmas.samigaluh.cari harold w brown, 1983, dasar-dasar patasitologi klinik, Jakarta, PT. Grameedia, diakses kamis tanggal 18 Februari 2010.
(http://depkes.blogspot.com/malaria.html.) diakses kamis tanggal 05 maret 2010.
(Gibson, John 2002 : Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi . Jakarta : EGC.)
https://www.scribd.com/archive/plans?

 







0 komentar