Selasa, 02 Oktober 2018

KONSEP DIRI DAN SEKSUALITAS ASKEP


KONSEP DIRI DAN SEKSUALITAS






Oleh:
Ainurmalinda              (717.6.2.0874)
Nurul Qomariya          (717.6.2.087 )
Fadilah Try Oktavia    (717.6.2.087 )
Boby Wahyudi            (717.6.2.087 )
Lilik Karlina                (717.6.2.087 )
Inayatul Hamiezah      (717.6.2.087 )
Farah Firdausi             (717.6.2.087 )
Ika                               (717.6.2.087 )






PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2018












KASUS
v Ibu Ani adalah orang tua dari An. Dira berumur 5 th.pada tgl 10 Sept 2017 mendapatkan celana dalam putrinya ada bercak darah. Dan segera membawa Dira untuk diperiksakan ke dokter. Dira menangis tak mau periksa. Akhirnya dokter berhasil menemukan penyebab sakitnya Dira: Infeksi akibat hubungan seksual. Rupanya Dira dipaksa melakukan hubungan seksual dengan tukang kebun di rumahnya, saat orang tuanya pergi.
v Dampak: Cidera fisik, cemas, depresi, trauma, perubahan fungsi dan perkembangan otak.
v Orang tua biasakan bersikap terbuka terhadap anak dan menghargai kejujuran anak agar anak tidak takut bersifat terbuka. Yakinkan anak, tak ada rahasia yg harus mereka sembunyikan .Minta anak selalu menceritakan pengalamannya. Peka pada perubahan yg terjadi pada anak.
v Bantuan untuk anak:
Melakukan pemeriksaan untuk menanggulangi masalah fisik. Ajak anak berkonsultasi pada psikolog untuk mengetahui gangguan emosi yg dialami anak dan dilakukan terapi yg sesuai. Jauhkan anak dari pelaku. Ciptakan rasa aman bagi anak



SEKSUALITAS DALAM KEPERAWATAN
Sebelum melakukan pengkajian kepada pasien yang mengalami depresi akibat penyimpangan seksual yang menimpanya, maka diperlukan adanya  wawancara yang baik yang berkaitan dengan aspek psikoseksual, seperti:
a.    Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah seksual.
b.    Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien.
c.    Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan terburu-buru.
d.   Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan informasi mengenai penngetahuan, persepsi dan dampak penyakit berkaitan dengan seksualitas.
e.    Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas, biarkan terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan datang.
f.     Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit dapat dipakai untuk mulai membahas masalah seksual.
g.    Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang masalah apa yang dibahas, bigitu pula masalah apa yang dihindari klien.
h.    Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang belum jelas.
i.      Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai klien sebagai makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah seksual.
Setelah melakukan wawancara tersebut, maka bisa dilanjutkan dengan melakukan proses asuhan keperawatan.

A.  PENGKAJIAN
1.    Riwayat kesehatan
a.    Keluhan utama
An. D (pasien) (5 th) dan ibunya (Ny. A)  datang ke RS dr. Pada tanggal 10 September 2017 dengan keluhan yaitu pasien mengalami stres dan ditemukan bercak darah pada celana dalamnya.
b.    Riwayat kesehatan  sekarang
Orang tua pasien mengatakan bahwa dia menemukan bercak darah pada celana dalam pasien dan pasien mengalami stres sebelum ke dokter.
c.    Riwayat Kesehatan dahulu
Orang tua pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah mengalami gejala yang sama.
d.   Riwayat penyakit keluarga
Orang tua pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami  gejala adanya bercak darah pada daerah sekitar vagina akibat perilaku seksual yang menyimpang pada anak (korban pedofilia) dan tidak ada anggota keluarga yang menderita peyakit keturunan PMS.
2.    Pengkajian fisik
a.    Inpeksi  : hymen, perineum dan vagina pasien sobek
b.    Palpasi  : terjadi inflamasi pada daerah vagina pasien
3.    Identifikasi pasien yg beresiko
a.    Pasien mengalami gangguan struktur atau fungsi tubuh akibat trauma 
b.    Pasien mengalami penganiayaan seksual yang dilakukan oleh tukang kebun.
c.    Kondisi yang tidak menyenangkan seperti  hymen, perineum dan vagiana pasien sobek serta terjadi inflamasi pada daerah vagina pasien.



  1. Analisis Data
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
1.
Disfungsi seksual berhubungan dengan nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam, diharapkan kesehatan seksual dapat diperbaiki dan ditingkatkan
·      Luka pada hymen, perineum dan vagiana pasien sembuh
·      Tidak terjadi inflamasi pada daerah vagina pasien

a.       Kaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh anak.
b.      Observasi TTV.
c.       Ciptakan suasana tenang, dan lakukan pendekatan secara lemah lembut ketika memberikan perawatan pada anak.
Mandiri :
a.       Berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan teknik cuci tangan.
b.      Observasi daerah vagina yang mengalami kerusakan, cacat karakteristik dari drainase, dan inflamasi yang ada.
c.       Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam, menggigil, diaforesis, dan perubahan fungsi mental (penurunan kesadaran).
d.      Batasi pengunjung yang dapat menularkan infeksi.
Kolaborasi:
a.       Berikan antibiotik sesuai indikasi.
b.      Ambil bahan pemeriksaan (spesimen) sesuai indikasi.
2.
Gangguan citra diri berhubungan dengan disfungsi seksual.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam, diharapkan pengetahuan seksualitas dapat ditingkatkan dan cintra diri pasien menjadi positif.
·      Pasien menyukai anggota tubuhnya.
·      Pasien tidak merasa malu.
·      Pasien mau berinteraksi dengan orang lain.

a.       Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini, perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.
b.      Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
c.       Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
d.      Ajarkan untuk meningkatkan citra tubuh.
e.       Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
f.       Bantu pasien untuk menyentuh bagian yang hilang tersebut.
g.      Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah kepada pembentukan tubuh yang ideal.
h.      Lakukan interaksi secara bertahap.
i.        Susun jadwal kegiatan yang biasa dilakukan pasien setiap harinya.
j.        Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan melibatkan keluarga dan lingkungan sosial.
k.      Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.
l.        Catat perilaku dari orang terdekat / keluarga yang meningkatkan peran sakit pasien.
Intervensi kolaborasi
a.       Rujuk kepada psikiatrik, psikolog sesuai kebutuhan.
3.
Gangguan harga diri (Harga diri rendah) berhubungan dengan gangguan fungsional ditandai dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam, diharapkan   konsep seksual diri dapat diperbaiki serta dapat menerima perubahan bentuk salah satu angota tubuhnya secara positif.
·      Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tanpa rasa malu dan rendah diri.
·      Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki
a.  Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan angota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.
b.  Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.
c.  Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.
d.  Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
e.  Beri kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan
Intervensi kolaborasi
a.  Rujuk kepada psikiatrik, psikolog sesuai kebutuhan.

No
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
1.
Disfungsi seksual berhubungan dengan nyeri
a.       Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh anak.
b.      Mengukur TTV.
c.       Menciptakan suasana tenang, dan lekukan pendekatan secara lemah lembut ketika memberikan perawatan pada anak.
Implementsi  Mandiri
a.       Memberikan perawatan aseptik dan antiseptik, mempertahankan teknik cuci tangan.
b.      Mengobservasi daerah vagina yang mengalami kerusakan, cacat karakteristik dari drainase, dan inflamasi yang ada.
c.       Memantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam, menggigil, diaforesis, dan perubahan fungsi mental (penurunan kesadaran).
d.      Membatasi pengunjung yang dapat menularkan infeksi.
Implementasi Kolaborasi
a.       Memberikan antibiotik sesuai indikasi.
b.      Mengambil bahan pemeriksaan(spesimen) sesuai indikasi.
a.       Luka pada hymen, perineum dan vagiana pasien menunjukkan tanda-tanda kesembuhan.
b.      Daerah vagina pasien tidak menunjukkan tanda-tanda inflamasi dan infeksi.
2.
Gangguan citra diri berhubungan dengan disfungsi seksual.
Implementasi mandiri
a.       Mendiskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini, perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.
b.      Mendiskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
c.       Membantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
d.      Mengajarkan pasien untuk meningkatkan citra tubuh.
e.       Memotivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
f.       Membantu pasien untuk menyentuh bagian yang hilang tersebut.
g.      Memotivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah kepada pembentukan tubuh yang ideal.
h.      Melakukan interaksi secara bertahap.
i.        Menyusun jadwal kegiatan yang biasa dilakukan pasien setiap harinya.
j.        Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan melibatkan keluarga dan lingkungan sosial.
k.      Memberi pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.
l.        Mencatat perilaku dari orang terdekat / keluarga yang meningkatkan peran sakit pasien.
Implementasi kolaborasi
a.       Merujuk kepada psikiatrik, psikolog sesuai kebutuhan.
a.       Klien menunjukkan citra diri yang positif.
b.      Pasien tidak mengalami distress.
c.       Pasien dapat melakukan interaksi dengan orang lain dan lingkungannya.
3.
Gangguan harga diri (Harga diri rendah) berhubungan dengan gangguan fungsional ditandai dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
Implementasi Mandiri
a.       Mengkaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan angota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal
b.      Melakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien
c.       Menunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien
d.      Membantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain
Implementasi kolaborasi
a.       Merujuk kepada psikiatrik, psikolog sesuai kebutuhan
a.       Klien menunjukkan harga diri yang positif
b.      Pasien tidak mengalami distress.
c.       Pasien dapat melakukan interaksi dengan orang lain dan lingkungannya.
d.      Pasien yakin dengan kemampuan yang dimiliki





Hal yang harus dilakukan jika tujuan asuhan keperawatan tidak tercapai :
1.    Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika tidak tercapai, perawat seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan tersebut tidak tercapai --- Pengungkapan klien atau pasangan, klien dapat diminta mengungkapkan kekuatiran, dan menunjukkan faktor risiko, isyarat perilaku seperti kontak mata, atau postur yang menandakan kenyamanan atau kekuatiran.
2.    Klien, pasangan dan perawat mungkin harus mengubah harapan atau menetapkan jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
3.    Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif --- penting






#Mohon maaf apabila ada salah penulisan kata didalamnya 
#Mahasiswa 

0 komentar